Yogyakarta Jadi Tuan Rumah Festival Film dan Budaya Dunia

Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan festival film dan budaya internasional. Selain memutar film bertema perempuan, festival yang digelar di Dusun Jogja Village Inn, Yogyakarta, 16-18 Maret 2014, itu juga diramaikan dengan pembacaan cerita pendek serta pertunjukan tari dan musik.

Bertajuk "Like the Unlike Film and Culture Festival Hits Jogjakarta", festival ini mengusung tema Crossing Borders. Tema ini menggambarkan bagaimana orang berpikir keluar dari kotak, melintasi batas dan keterbatasan.

”Semua orang punya kesempatan untuk berkarya di tingkat internasional,” kata panitia festival Muhammad Anta Kusuma, Kamis, 13 Maret 2014. Penyelenggaraan festival ini, kata dia, bertujuan mendukung seniman muda lokal untuk membangun jejaring dengan seniman internasional.

Festival film ini merupakan bagian dari Unlike Family, yakni festival film dan kebudayaan yang digarap oleh tim sukarelawan internasional. Muhammad Anta mengatakan festival serupa telah berlangsung di banyak negara. Beberapa di antaranya Yunani dan Denmark. Di Indonesia, festival film ini baru pertama kali gelar.

Tahun ini pengunjung akan menikmati festival film layaknya festival film di museum musik di Oslo, Norwegia, atau di Akropolis, Yunani. Selain film-film Indonesia, panitia juga akan memutar film dari sejumlah negara, seperti Prancis, Yunani, Korea, dan Palestina. “Kami akan membuat suasana menjadi intim dalam festival ini,” kata Anta.

Sutradara Nia Dinata rencananya membuka festival ini. Akan hadir pula Tamara Erde, sutradara, artis, dan fotografer yang banyak menyorot konflik Israel-Palestina. Pada hari yang sama, koreografer Willy Heramus juga akan menunjukkan kemampuannya menari.

Muhammad Anta mengatakan panitia akan memutar film bertema perempuan pada hari pertama. Beberapa di antaranya film tentang sunat yang menimbulkan trauma bagi perempuan Indonesia. Ada juga film tentang buruh migran yang bekerja di Hong Kong dan film tentang waria. “Kami menyajikan film-film dengan tema yang tidak populer dan kontroversial,” katanya.

Pada hari kedua, giliran sutradara film Indonesia Vivian Idris yang bakal tampil. Festival ditutup dengan penampilan rapper Indonesia, JFlow, dan penari Didik Ninik Thowok.

-

Arsip Blog

Recent Posts