Pertahankan Tradisi Adat Bakudung Batiung

TANJUNG REDEB - Tradisi adat yang dikenal dengan upacara adat di Kabupaten Berau cukup banyak, hampir semua kampung memiliki tradisi dan upacara adat sendiri, salah satunya adalah pesta budaya Bakudung dan Batiung.

Adat Panen Raya Bakudung dan Batiung adalah tradisi yang dimiliki oleh Dayak Gaai. Tradisi ini terus dilestarikan secara turun temurun. Tradisi ini juga diminta agar tetap dipertahankan sehingga tidak hilang di tengah kemajuan zaman modernisasi.

Pesan ini disampaikan Asisten I Sekretariat Kabupaten (Setkab) Berau, Anwar mewakili Bupati Berau Muharram, membuka pesta budaya Bakudung dan Batiung, di Kampung Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung, Senin (7/5).

Bakudung adalah terjemahan dari bahasa Gaai (Nae Plie Ngatam) yang artinya adalah pesta syukuran setelah panen, untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan atas perolehan kesehatan, keselamatan dalam bekerja, dan secara khusus perlindungan terhadap tanaman padi masyarakat. Mulai saat menabur benih sampai panen yang disertai dengan ritual-ritual adat.

Sedangkan Batiung adalah terjemahan dari kata Lamko, artinya pendewasaan anak laki-laki. Pada zaman dahulu, kegiatan ini dibuat terpisah, tetapi sekarang digabung menjadi satu perayaan, sehingga muncul bahasa Bakudung dan Batiung.

Anwar mengatakan bahwa Kabupaten Berau bukan hanya kaya wisata bahari, namun adat istiadat masing-masing suku yang ada di pedalaman Kalimantan Timur ini juga masih selalu terjaga.

Tidak hanya itu, Anwar juga mengungkapkan acara adat yang masih dipegang masing-masing kampung juga bertujuan untuk mempererat kebersamaan dan membangun serta memperkenalkan budaya kepada generasi muda penerus mereka.

“Saya berharap acara adat seperti Bakudung Batiung ini selalu dipertahankan, karena itu juga termasuk kekayaan Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan bersama,” pintanya.

Menurutnya, budaya merupakan pilar bangsa yang harus dipertahankan terus ke depan. Di tengah kemajuan zaman saat ini, tentu banyak bermunculan budaya baru yang tidak sesuai bahkan sebagian besar budaya asli mulai luntur seperti gotong royong.

“Jangan sampai kita lupa dengan budaya yang diturunkan nenek moyang kepada kita. Harus dipertahankan terus dan menjadi identitas kita sebagai bangsa Indonesia,” pungkas Anwar.(hms5/asa)

Sumber: http://berau.prokal.co
-

Arsip Blog

Recent Posts