Ampana, Tojo Unauna - Pemkab Tojo-Unauna di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) pada pertengahan tahun ini akan mengelar Festival Togean untuk memeriahkan Tahun Kunjungan Indonesia (Visit Indonesia Year) 2008.
Bupati Damsyik Ladjalani di Ampana (ibu kota Kabupaten Tojo-Unauna), Kamis (21/2), mengatakan, penyelenggaraan Festival Togean yang berlangsung pada 23-27 Juli itu sekaligus dirangkaikan dengan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.
"Sejumlah kelompok wisata mancanegara dan domestik mengagendakan kunjungannya pada Juli mendatang, dan biro-biro pariwisata pun terus mempromosikan agenda ini ke mancanegara. Karena itu saya pikir ketika berlangsung festival akan banyak turis asing yang datang," katanya.
Festival Togean merupakan ajang tahunan yang digelar Pemkab Tojo-Unauna berisi berbagai kegiatan seni-budaya, olahraga tradisional, dan atraksi lainnya.
Sedangkan pesertanya berasal dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulteng, selain perwakilan asal provinsi tetangga.
"Bahkan, wisatawan asing pun bisa ikut menjadi peserta untuk memeriahkan festival ini, seperti tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Untuk mencapai daerah tujuan wisata (DTW) Kepulauan Togean yang berada di tengah Teluk Tomini, dapat ditempuh melalui beberapa pintu masuk, antara lain Kota Palu kemudian menuju Ampana meliwati jalan darat 350 km, atau Luwuk (ibu kota Kabupaten Banggai yang berada di timur Provinsi Sulteng), dan Gorontalo dengan menggunakan pesawat udara.
Dari kota-kota ini lalu kemudian menyeberang laut menuju Wakai (salah satu ibu kota kecamatan di Kepulauan Togean yang sering dijadikan ‘base camp‘ wisatawan sebelum menuju spot-spot diving serta cottage di pulau-pulau kecil) dengan menggunakan kapal-motor pelayaran rakyat atau kapal pesiar cepat.
Jarak tempuh perjalanan laut ini antara 1,5-4 jam, tergantung kendaraan laut yang dipergunakan.
Pemkab Tojo-Unauna saat ini sedang membangun bandara di Ampana untuk memudahkan akses para wisatawan asing dan domestik masuk ke DTW Togean.
Pembangunan bandara tersebut direncanakan selesai akhir tahun 2009.
Pemerintah daerah setempat juga berkeinginan menyediakan pesawat baling-baling yang bisa mendarat di atas air, agar lebih memudahkan para wisatawan bisa langsung ke Togean melalui bandara di kota-kota terdekat.
Hasil survey
Kepulauan Togean yang memiliki hamparan terumbu karang terluas di Indonesia (sekitar 132.000 hektar) dikenal memiliki banyak spot penyelaman menakjubkan.
Hasil survei Conservation International Indonesia (CII) pada 2001 menemukan 262 jenis terumbu karang di kawasan ini, 596 jenis ikan, dan 555 jenis moluska serta jenis langka lainnya seperti kima raksasa (tridacna gigas), penyu hijau (chelonia mygas), penyu sisik (eretmochelys imbriocata), lola (Trochus niloticus), dugong-dugong, dan paus pilot.
Banyaknya ikan dan moluska tersebut mengindikasikan bahwa kondisi terumbu karang di perairan laut Togean masih bagus dan rimbun, sehingga menjadi pilihan menarik bagi banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk melakukan diving dan snorkling.
Pada 1998 lalu tercatat lebih 7.000 wisatawan asing berkunjung ke Togean, namun menyusut drastis setelah pecah konflik bernuansa SARA di wilayah tetangga Kabupaten Poso pertengahan 2000.
Akan tetapi dengan membaiknya situasi keamanan di sana kurun setahun terakhir, arus wisatawan asing ke objek wisata ini kembali mengalir sekalipun belum seramai seperti sebelumnya.
Para bule terlihat banyak menghabiskan waktu di sini untuk berjemur diri sekaligus menikmati ketenangan laut serta pemandangan alam terbuka yang menyejukkan, sebelum menuju ke spot-spot diving menarik yang mencapai puluhan.
Pada beberapa pulau di Togean, terdapat hotel, penginapan, dan cottage dalam bentuk rumah panggung yang disediakan sejumlah pengusaha lokal dan asing (Italia), guna memudahkan para wisatawan menikmati berbagai aktivitas menyenangkan.
Tarif sewanya pun bervariasi, antara Rp150 ribu hingga Rp400 ribu per hari.
Sumber: www.mediaindonesia.com (22 Februari 2008)