Jayapura, Papua - Pergelaran seni, drama dan tari massal "Gema Tifa, Gema Kehidupan", rencananya kembali diperagakan pada acara penutupan Festival Danau Sentani (FDS) 2001 di kawasan wisata Kalkhote, Kamis (23/6).
Keterangan yang diperoleh dari penggagas FDS yang juga Bupati Kabupaten Jayapura, Habel Melkias Suwae di Sentani, Rabu menyebutkan, "Gema Tifa, Gema Kehidupan" yang diperankan hampir 1.000 penabuh tifa, pada acara pembukaan Senin (20/6), begitu memukau ribuan pengungjung, sehingga perlu diulangi karena memiliki daya tarik tersendiri.
"Ketika menyaksikan itu, bukan hanya saya yang menangis, tetapi isteri dan cucu saya yang masih kecil pun menangis, karena tidak menyangka, peragaan itu begitu menyentuh kalbu," ujar Bupati Habel.
Dia mengatakan, karena ribuan pengunjung terpukau dengan seni drama tari yang diperankan masyarakat tradisional yang berdomisili di tepian Danau Sentani itu menarik dan mendapat pujian dari berbagai pihak maka sebaiknya, acara itu digelar kembali karena menarik rindu para pengunjung untuk menyaksikannya lagi.
Demikian pun, kata dia, bagi warga atau wisatawan yang mendengar informasi mengenai acara "Gema Tifa Gema Kehidupan" itu dari orang lain yang menyaksikan acara pembukaan, bisa berkesempatan menonton pada acara pamungkas Kamis (23/6).
Bupati Habel bahkan menggagas, kemungkinan atraksi Gema Tifa Gema Kehidupan, akan ditampilkan lagi untuk menyemarakkan 17 Agustus mendatang, guna memeriahkan perayaan ulang tahun Republik Indonesia tingkat Kabupaten Jayapura.
Gema Tifa, Gema Kehidupan, memperagakan sekitar 1.000 penabuh tifa dari berbagai suku di sekitar Danau Sentani. Mereka menggelar tarian kolosal diiringi tabuhan tifa, sambil menari dan menyanyikan lagu-lagu bernada sendu, terkadang menyemangati.
Pergantian irama tari dan lagu, disebut sebagai warna-warni kehidupan masyarakat di Danau Sentani, menciptakan sebuah peradaban yang melanggengkan nilai-nilai luhur budaya masyarakat setempat.
Menurut dia, FDS 2011 dengan berbagai mata acara semakin berbobot dan menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara, sehingga perlu dilanjutkan, karena telah menjadi ikon wisata Papua. Apalagi, peserta festival budaya itu pun semakin bertambah banyak, terutama kabupaten-kabupaten se-Tanah Papua, selain berbagai kampung dan distrik di wilayah Kabupaten Jayapura.
Dia mengatakan, FDS telah menjadi even pariwisata tahunan yang ditunggu-tunggu wisatawan domestik dan mancanegara, setelah digagas empat tahun silam.
Pada hari Rabu misalnya, meskipun terjadi hujan deras yang mengguyur wilayah Jayapura dan sekitarnya, membuat areal FDS tergenang air, namun tidak niat menyurutkan para pengunjung untuk berdatangan, menikmati berbagai suguhan acara budaya.
Tidak hanya jumlah daerah di Tanah Papua yang semakin banyak terlibat dalam FDS, katanya, tetapi paguyuban nusantara dari Sabang sampai Merauke, yang menetap di Jayapura pun mengambil peran aktif, sehingga aktraksi budaya pun semakin ragam.
Sumber: http://oase.kompas.com