Jakarta - Popularitas kesenian ludruk mulai tenggelam di tengah era modernisasi saat ini. Kesenian ludruk asal Jawa Timur, kini sudah jarang terlihat dipentaskan, bahkan terancam punah. Untuk itu, masyakarat asli Jawa Timur peduli mendirikan Paguyuban Peduli Ludruk.
Ketua Umum Paguyuban Peduli Ludruk (PPL), Sutan Remy Sjahdeini menuturkan, pendirian paguyuban guna melestarikan kesenian ludruk yang sudah hampir punah dan jarang dimainkan, termasuk di Jawa Timur sendiri.
”Guna melestarikan pementasan kesenian Ludruk, kami sengaja mengubah tema-tema yang diangkat yang lebih multikultural. Bahasa yang digunakan selama pementasan pun menggunakan bahasa Indonesia tanpa menghilangkan ciri khas ludruk itu sendiri. Ini demi menarik minat masyarakat luas terhadap ludruk terutama generasi muda. Untuk itu kami selingi unsur band saat pementasan,” ungkapnya sebelum pagelran ludruk ”Si Pitung: Robin Hood Betawi” di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu, (17/7)
Dia menambahkan, untuk mengangkat pamor ludruk agar lebih disukai masyarakat luas, Remy memastikan ada suatu perubahan yang berarti dengan menambahkan unsur teknologi saat pementasan ludruk.
Diakui, selama ini, kesenian ludruk lebih banyak diminati masyakarat berusia matang. Untuk membidik pencinta kesenian dari Jawa Timur ini dari kalangan anak muda, kesenian ludruk dikemas dengan teknologi modern dan menonjolkan usur komedi.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan dulu kesenian ludruk cukup terkenal dan digandrungi masyarakat Indonesia. Tetapi sekarang menurun dengan perubahan zaman karena tergusur seni modern. Anak-anak saat ini lebih sering lihat internet, Facebook dan Twiter daripada lihat ludruk. Untuk itu pihaknya sangat mendukung jika ludruk kembali dilestarikan.
”Untuk itu, seperti wayang orang, ludruk pun bisa dikemas dengan menarik sehingga generasi muda mau menonton. Caranya, ajak tokoh seperti para mantan pejabat, pelawak, dicampur dengan pemain yang sebenarnya agar unsur komedi lebih menonjol. Itu akan membuat pertunjukan jadi berbeda. Ada salah ucap dari pejabat, salah dia yang bisa membuat pangelaran menjadi lebih lucu.Tidak hanya itu, unsur teknologi juga dapat dimasukan dalam pementasan itu sendiri,” katanya.
Ia memaparkan, tidak ada salahnya mengundang para artis untuk main dalam pementasan ludruk untuk menarik minta masyarakat. Dengan demikian diharapkan kesenian ludruk dapat membangun karakter bangsa dan membangun cinta rakyat terhadap Tanah Air.
Guna melestarikan kesenian dan kebudayaan, sebelumnya pihak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sudah menandatangani nota kesepakatan (MoU) dengan Kementerian BUMN. Hal itu dimaksudkan untuk pengembangan kesenian dan kebudayaan di Indonesia, salah satunya ludruk.
”Saya berharap kesenian dan kebudayaan Indonesia tidak terkikis budaya modern. Saya kalau nggak naik pas tahun 2015, mau bisa main ludruk lagi," ujar politisi dari Partai Demokrat itu.
Dalam pagelaran ludruk yang bertema Si Pitung: Robin Hood Betawi juga diperankan oleh beberapa tokoh seperti pengamat ekonomi dan juga Komisaris Independen BRI Avialiani yang berperan sebagai Nyak Pitung, Dirut BNI Gatot Suwondo yang berpesan sebagai Mat Kadir, sahabat guru Si Pitung, dan Komisaris Bank Mandiri Krisna Wijaya yang berperan sebagai pembegal.
Sumber: http://www.suarapembaruan.com