Yogyakarta - Kisah tentang kebesaran kerajaan Melayu digambarkan Sanggar Semenanjung melalui pementasan teater Melayu ‘Lancang Kuning’ dalam Pentas Seni, Orasi Budaya dan Kebangsaan di Gedung Sosietet Taman Budaya Yogyakarta, Minggu (8/1). Lancang Kuning adalah Lancang kenaikan Datuk Laksemana. Perahu yang dibuat khusus untuk pimpinan tertinggi di Bukit Batu.
Acara ini diselenggarakan Sanggar Semenanjung bekerja sama Persatuan Masyarakat Riau Jakarta (PMRJ) dan Ikatan Pelajar Riau Yogya (IPRY) untuk mengangkat kebudayaan Melayu, khususnya Riau agar diapresiasi secara luas. Dirangkai dengan tari dan lagu Melayu yang mampu membangun semangat kebangsaan generasi muda. Sedangkan Lancang Kuning akan ditampilkan di Pekanbaru, Universitas Indonesia, Universitas Pakuan Bogor, Institut kesenian Jakarta dan Graha Bhakti budaya Taman Ismail Marzuki.
Ketua Umum IPRY, Gusti Randa mengatakan, acara ini dihadirkan dengan semangat nasionalisme dan kebangsaan. Untuk itu, dengan spirit otonomi daerah berusaha menjaga nasionalisme dan kebangsaan dengan pendekatan budaya. Mengingat kondisi negara ini kian terancam karena terjadi disintegrasi bangsa.
“Kami berusaha menjalankan fungsi dari kebudayaan Melayu secara luas. Apalagi dari eksistensi kebudayaan Melayu yang terbuka, memungkinkan nilai luhurnya hidup di masyarakat. Puncak kebudayaan Melayu ada di bahasa yang diserap menjadi kebudayaan nasional dan pemersatu di Asia Tenggara,” jelas Ketua PMRJ, Ir HM Lukman Edy MSi.
Dikatakan Lukman Edy, di tengah situasi kebangsaan yang banyak menghadapi persoalan multidimensi, pendekatan yang halus dan berkarakter dengan mengedepankan kearifan lokal mampu menjadi perekat bangsa yang lebih baik. Sedangkan lunturnya semangat persatuan, merupakan salah satu bentuk dari implikasi intervensi kebudayaan asing. Intervensi yang menyebabkan anak muda menganggap kebudayaan sebagai sesuatu yang tidak bisa dibanggakan. Hingga akhirnya, semangat kebangsaan ikut luntur.
“Mahasiswa Riau di Yogya terbesar se-Indonesia. Untuk itu, acara seperti ini penting untuk memperkaya visi dan misi pergerakan mahasiswa dalam konteks kebudayaan. Ada langkah yang lebih maju ketika mahasiswa dilibatkan secara langsung untuk mengembangkan budaya. Mereka diajak untuk proaktif dengan menjadi pelaku kebudayaan. Dari pengalaman yang dilakukan di Jakarta, mahasiswa yang awalnya pasif menjadi progresif,” jelas pria yang juga anggota DPR ini.
Sumber: http://www.kr.co.id