Sawahlunto, Sumbar - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menggelar festival seni tradisi suku Minangkabau, Randai, yang pelaksanaannya dipusatkan di Lapangan Silo, Sawahlunto 29 April hingga 1 Mei 2016.
"Festival tersebut akan diikuti sekitar 12 group Randai utusan masing-masing nagari yang ada di kota ini, dengan memperebutkan hadiah utama berupa uang pembinaan sebesar Rp10 juta," kata Kepala Seksi Pembinaan Seni Budaya dan Perfilman dinas tersebut, Syukri SSn di Sawahlunto, Senin (25/4/2016).
Dari seluruh kelompok kesenian Randai yang ada, jelasnya tercatat ada empat group yang tidak mengikuti kegiatan yang diberi nama Festival Randai Sawahlunto 2016. Hal itu disebabkan oleh kurangnya persiapan sehingga mereka merasa belum layak ditampilkan pada kegiatan itu.
Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan upaya penyeleksian akhir yang dilakukan pihaknya untuk memilih group kesenian Randai terbaik, yang akan diutus untuk mengikuti kegiatan serupa di tingkat provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
"Pelaksanaan festival Randai tingkat Sumbar tersebut juga akan dilaksanakan di kota ini pada Agustus 2016," ujarnya.
Pihaknya berharap, pelaksanaan kegiatan tersebut mampu menjadi sarana untuk mempromosikan potensi kepariwisataan di Kota Sawahlunto, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kunjungan wisatawan di Sumbar.
Selain itu, dalam posisi kesenian Randai sebagai seni tradisi turun temurun yang harus dilestarikan, kegiatan itu diharapkan mampu memancing minat masyarakat untuk turut menyukseskan secara bersama-sama.
"Salah satunya dengan memberikan apresiasi terhadap seluruh upaya pembinaan dan pelestarian seni tradisi yang saat ini mulai tumbuh dan berkembang semakin membaik serta didominasi oleh generasi muda kota ini," jelasnya.
Sebelumnya, budayawan asal Sumatera Barat yang tercatat sebagai dosen salah satu perguruan tinggi ternama bidang kesenian di provinsi itu, Zulkifli Dt Sinaro Nan Kuniang S Kar M Hum, mengatakan upaya pembinaan seni tradisi merupakan salah satu program pemerintahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kalla, sebagai salah satu bentuk program Revolusi Mental, yakni memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
"Salah satunya dengan mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan mengangkat potensi budaya lokal kelompok masyarakat adat," tambah dia.
Sumber: http://travel.kompas.com