Tak Lama Lagi Banyuwangi Miliki Kampung Batik

Banyuwangi, Jatim - Kesuksesan Kampoeng Batik Laweyan hingga Kampoeng Batik Kauman di Kota Solo menginspirasi Universitas Ciputra (UC) Surabaya untuk mengembangkan kampung wisata batik di Banyuwangi.

Studi kelayakan akan dilakukan mulai tahun ini. Tahapannya, dalam lima bulan ke depan, UC Surabaya akan membuat konsep kampung wisata batik di Banyuwangi, setelah itu, persiapan lahan selama tujuh bulan.

Inilah yang oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya sering disebut sebagai Pentahelix, yakni gabungan lima unsur yang harus bersatu dan bergerak bersama-sama, yakni: akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.

“Ketika lima unsur ini bersatu dan memiliki visi pariwisata, maka saya jamin sektor ini akan semakin kuat mengakar dan bisa diandalkan,” ujar Arief Yahya sebagaimana dikutip Kompas Travel, dalam siaran pers Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar, Senin (13/6/2016).

Ide dan inisiatif Universitas Ciputra membuat kampung batik di Banyuwangi itu contoh konkret. “Pemerintah hanyalah regulator, tidak boleh merangkap menjadi operator. Biarkan bisnis yang menjalankan. Dan komunitas bisa mendapatkan manfaat yang konkret,” ujar Arief Yahya.

Dosen Universitas Ciputra, Juliuska Sahertian dan Kepala Laboratorium Fashion Department, Fabio Ricardo Toreh mengaku telah bertemu dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Ide ini langsung mendapat respons positif.

"Ini murni inisiatif Universitas Ciputra. Batik kan warisan leluhur yang sudah mendunia. Itu fakta. Ada UNESCO yang sudah mengakuinya sejak 2 Oktober 2009. Di sisi lain, pariwisata Banyuwangi naik sangat pesat. Pendapatan per kapita Banyuwangi naik dari Rp 21 juta pada 2010 menjadi Rp 39 juta pada tahun 2015 karena pariwisata. Kalau dua kekuatan ini digabungkan menjadi sebuah kampung wisata batik, hasilnya bisa dahsyat,” kata Juliuska Sahertian, Senin (13/6/2016).

Kampung wisata batik ini nantinya akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, dan pemasaran batik. “Kampung wisata batik di Banyuwangi akan menjadi etalase semua jenis batik ramah lingkungan yang ada di Indonesia. Lengkap dengan ceritanya,” paparnya.

Juliuska memaparkan, Banyuwangi dipilih lantaran mempunyai perkembangan batik yang signifikan. Industri kreatif berbasis fashion di Banyuwangi dinilai sangat pas untuk dipadukan dengan pengembangan pariwisata.

Apalagi Banyuwangi juga mempunyai infrastruktur transportasi yang lengkap. Dari darat, laut, maupun udara, semua ada di sana. Belum lagi, keuntungan letak geografis yang dekat dengan Bali sebagai jantung utama pariwisata Indonesia.

Kawasan kampung wisata batik Banyuwangi itu, lanjut Juliuska, nantinya mengambil lansekap salah satu motif batik setempat. Di dalamnya akan dilengkapi 13 rumah tradisional dari berbagai provinsi di Indonesia yang merupakan penghasil batik.

Selain itu, ada fasilitas penunjang seperti cottages, food and beverage stalls, taman bunga, kolam ikan, wahana permainan alam, jalur berkuda, dan infrastruktur penunjang pariwisata lainnya.

"Kampung wisata batik ini bagian dari Program Wisata Inti Rakyat (PIR) yang kami desain untuk menghidupkan pariwisata pedesaan. Tahun pertama akan kami buat studi kelayakan. Selama lima bulan ke depan kami cari gambaran untuk kampung wisata batik, lalu persiapan lahan selama tujuh bulan," katanya.

Tahapan berikutnya, sambung Juliuska, perencanaan bisnis pembangunan kampung wisata batik. Ciputra akan menurunkan tim, baik yang mengajarkan pembuatan batik ramah lingkungan maupun mengedukasi bagaimana mendesain skema fashion batiknya ke perajin lokal. "Setelah siap, lalu dimulai pembangunan kampung wisata tersebut,” katanya.

Bupati Banyuwangi Azwar Anas langsung merespons positif gagasan tadi. Hadirnya kampung wisata batik Banyuwangi, dinilai bisa mendorong tumbuhnya industri batik dan pariwisata di kabupaten berjuluk "Sunrise of Java" itu.

“Dengan dukungan Pemprov Jatim, tahun ini mulai dirintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan batik di Banyuwangi. Lalu Oktober mendatang, Kementerian Perindustrian mengumpulkan pewarna alam se-Indonesia untuk ditampilkan di Banyuwangi. Kalau ditambah kampung wisata batik, kreativitas pembatik lokal, mulai dari pengembangan motif hingga desain fashion, pasti akan tumbuh. Sekarang para perajin batik giat berproduksi karena laris seiring banyaknya wisatawan,” kata Anas.

Pengembangan industri batik di Banyuwangi, menurut Anas, akan tetap menempatkan UMKM lokal sebagai pilar utama. “Jadi siapa pun yang ingin mengembangkan batik Banyuwangi harus melalui pendekatan pembukaan lapangan pekerjaan dan transfer knowledge ke UMKM lokal,” tambah Anas.

-

Arsip Blog

Recent Posts