Lampung Orchestra, Kobarkan Kepatriotan

Bandar Lampung - Kostum yang dikenakan konduktor asal Jogjakarta Singgih Sanjaya, semalam (22/6), cukup sederhana. Jas hitam dipadu celana jins. Berbeda jauh dengan konduktor kebanyakan yang bersetelan jas hitam lengkap.

Meski begitu, penampilan Singgih tak menghalangi kolaborasi simponi apik antara Lampung Orchestra dan Lampung Choir yang membaur bersama SMK Negeri 2 Jogjakarta dalam menghantarkan tembang-tembang daerah nusantara.

Komposisi demi komposisi yang mayoritas bertempo cepat satu persatu meluncur lewat permainan 120 seniman. Dengan dukungan orkestrasi Singgih, komposisi tersebut mampu mengantar penonton dalam aroma patriotisme.

Kolaborasi ini menjadi bagian dari Pagelaran Akbar 2007 Lampung Orchestra yang diselenggarakan di Auditorium RRI. Setelah sukses menggelar konser serupa sejak 2006, konser kembali digelar tahun ini dengan tema Patriotissimo atau semangat patriotik.

Jangan bayangkan mendengarkan lagu-lagu perjuangan ala Indonesia. Pada konser semalam, Lampung Orchestra mengobarkan semangat patriotik melalui musik-musik daerah dikemas spirit. Memang beberapa lagu melo tetap diperdengarkan, tapi porsinya tidak terlalu besar.

Tanpa jeda panjang, sekitar 500 penonton langsung disuguhi komposisi yang sudah sangat dikenal penduduk pribumi yakni Tepui-tepui. Saat musik mengalun, cahaya lampu di beberapa sudut kursi penonton meredup.

Agar penonton yang awam dengan musik orkestra dapat terhibur, seperti biasa Lampung Orchestra tak lupa menampilkan artis-artis populer. Kali ini yang tampil adalah Atik Tunjungsari.

Singgih Sanjaya kembali menyapa penonton pada komposisi ketiga dengan lagu asal Jawa Tengah, Gundul-Gundul Pacul. Lagu yang akrab di telinga penonton kebanyakan ini melodinya pun mengalami gubahan yang tak kalah dahsyatnya.

Tak sedikit penonton yang terbawa menggoyangkan tubuh saat komposisi itu dimainkan. Dengan ritme dahsyat, konduktor Singgih mampu menghangatkan suasana. Sambutan dan tepuk tangan riuh pun mengiringinya bahkan sebelum ia selesai menghentikan musik.

”Konser itu sengaja digratiskan bagi para pengunjung sebagai salah satu langkah strategis untuk mengenalkan pelajar pada musik klasik. Selama ini mereka hanya dijejali musik kontemporer. Saya cukup simpatik dan respek atas apresiasi ini,” ujar Project Manager Muhtadin Riauw Hufiena.

Sumber: radarlampung.co.id (25 Juni 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts