Menganjeng untuk Pulihkan Senggigi

Mataram - Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menyelenggarakan upacara tradisional Sasak Menganjeng di kawasan wisata Senggigi Lombok. Sekaligus membuka Festival Senggigi 2007, Sabtu (14/7) mendatang. Menganjeng dilakukan untuk memulihkan kondisi kepariwisataan di Lobar akibat situasi yang disebabkan manusia dan alam.

Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Lobar Tjokorda Suthendra Rai selaku penyelenggara mengatakan, dipilihnya tradisi Menganjeng atau disebut pula Negakin atau Nemoek, sebagai upaya untuk menegakkan kembali kondisi yang telah berubah. ”Sekaligus sebagai evaluasi diri terhadap segala perbuatan yang merusak lingkungan,” jelasnya.

Prosesi Menganjeng seperti dijelaskan oleh Lalu Suhaimi -Wakil Ketua Panitia Festival Senggigi yang juga Kepala Sub Dinas Pesona dan Budaya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Lobar, dilakukan sesuai keyakinan masyarakat Sasak yaitu apabila di dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi musibah (roge reme) seperti wabah penyakit, perubahan alam, dan benturan antar manusia. “Kejadian yang menguji iman dan ketaqwaan itu harus disikapi dengan tidak memusuhi. Tetapi dijinakkan dengan jalan dijamu melalui Menganjeng,” ucapnya, Rabu (4/7).

Kepercayaan masyarakat Sasak yang meyakini keberadaan Dewi Anjani sebagai penguasa gunung Rinjani masih memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Sasak di Lombok. Pengelingsir (para tetua) meyakini bahwa Dewi Anjani bisa membantu menjinakkan segala bentuk musibah dengan terlebih dahulu menjamu Ratu Dewi Anjani melalui prosesi yang biasanya dilakukan pada hari Rabu atau Sabtu saat sengkala (siang sampai sore hari). Lokasi pelaksanaannya biasanya di tempat Belian (Tetua Adat) atau tempat tertentu sesuai dengan musyawarah adat suku Sasak.

Prosesi Menganjeng diawali dengan memilih seorang wanita yang akan berperan sebagai Dewi Anjani. Adapun kelengkapan prosesi Menganjeng terdiri atas iring-iringan barisan yang membawa pendupaan, gula merah atau kemenyan Arab; Dulang yang berisi satu piring bubur putih, sepiring bubur merah dan sepiring motosiong –empok-empok rerake (ketan yang digoreng); Bokor kuningan berisi sembilan gulung lekoq lekes (sirih kipir) diikat dengan benang putih, sembilan batang rokok juga diikat benang putih, lima warna benang katak (benang mentah) masing-masing berwarna putih, hitam, merah, kuning dan gading, ampas kunyahan sirih (sembeq); dan Tempayan (pasu) berisi air dan daun beringi, pucuk enau sebagai rambu-rambu saweq. Kesemua benda ini disusun berderet dari utara ke selatan berurutan mulai dari pucuk enau yang ditancapkan di tanah sebagai umbul-umbul, tempayan, bokor kuningan, dulang dan dupa.

Setelah prosesi tersebut, dilanjutkan dengan Peed Agung (pawai budaya) yang berjudul Lombok Unik. Sedangkan Festival Senggigi 2007 yang akan berlangsung 14 - 20 Juli 2007 diramaikan berbagai pagelaran kesenian berbagai daerah kabupaten dan kota se NTB. Terdapat juga atraksi Perisaian sebagai pertunjukan adu kekuatan bela diri Sasak, jambore band pelajar, pameran industri pariwisata, dan lomba bahasa Inggris.

Dengan Festival Senggigi 2007 ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan berkunjung ke Lombok. Pemerintah juga berencana mengadakan Festival Rinjani yang diramaikan atraksi bernuansa wisata Ecovaganza dengan tema Super Vulcano Mountain Challenge.

Demi kenyamanan para pengunjung, kawasan wisata pantai Senggigi pun dibenahi. Para pedagang kaki lima yang selama ini terkesan menimbulkan kesan kumuh, akan dipindahkan ke dua lokasi baru. Pemerintah Kabupaten Lobar telah menyiapkan anggaran sebesar Rp1,7 miliar untuk pembangunan lokasi sekitar Sahid Tamara Cottage seluas 28 are guna menampung 34 pedagang di sekitar pantai selatan Senggigi yang menjorok ke laut. Setelah lokasi ini selesai, menyusul di sekitar Senggigi Beach dan Intan. 2 lokasi ini ditargetkan dapat menampung sekitar 70 pedagang kaki lima.

Sumber: lomboknews.com (9 Juli 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts