Pembukaan Festival Krakatau 2007 di Bandar Lampung

Bandarlampung - Senyum ceria dua pasangan pengantin warganegara Jepang terus mengembang, saat sebelas ekor gajah, termasuk dua gajah jinak yang membawa mereka, berjalan beriringan pada Pembukaan Festival Krakatau (FK) ke-17 tahun 2007 di PKOR Way Halim, Bandarlampung, Sabtu (25/8) petang.

Kedua pasangan pengantin tersebut, suami isteri Isamu Kuboki-Yumi Kuboki, dan Yusuke Ebochi dan May Tohiyama, berpakaian dengan asesoris layaknya pengantin adat Lampung, lengkap dengan siger di kepala mereka serta rumbai-rumbai keemasan khas Lampung.

Gubernur Lampung Sjachroedin ZP bersama para pejabat, termasuk belasan turis asing yang menyaksikan salah satu adegan unik dalam pembukaan FK ke-17 itupun, dibuat tersenyum.

Beberapa turis dan anggota delegasi negara sahabat mencoba pula mengabadikan momen langka dan menarik itu, melalui kamera foto maupun kamera video yang mereka bawa.

Kepala Dinas Promosi Investasi, Kebudayaan dan Pariwisata setempat, Suresmi Ramli menyebutkan, pelaksanaan FK ke-17 itu menelan dana yang dianggarkan lewat APBD 2007 sebesar Rp1,5 miliar.

Festival serupa tahun lalu (2006) hanya menghabiskan dana sekitar Rp800 juta.

Menurut Suresmi, selain ditarget sebagai daya tarik wisata untuk menjaring sebanyak mungkin turis ke Lampung, festival seperti itu diharapkan dapat membawa imbas positif bagi perekonomian daerah dan masyarakat di sekitarnya.

Namun Suresmi mengakui, imbas itu tidaklah harus dalam bentuk perolehan pendapatan asli daerah (PAD) yang langsung masuk ke kas pemerintah daerah setempat.

Tapi paling tidak, kehadiran pelancong (turis) domestik maupun mancanegara (asing), berpeluang memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat di sekitarnya yang aktivitas ekonominya terpacu tumbuh.

Apalagi potensi wisata, kekayaan seni dan budaya maupun keindahan alam daerah Lampung, menurut Gubernur Sjachroedin, tidak kalah dengan daerah lainnya.

Sjachroedin menyebutkan potensi alam di Kabupaten Lampung Barat seperti Danau Ranau maupun Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), potensi wisata di sekitar kawasan Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda (Lampung Selatan), dan Pusat Latihan Gajah (PLG) maupun kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur merupakan daya tarik utama bagi wisatawan.

"Kalau dikemas dan dipromosikan dengan baik, potensi itu bisa mendatangkan uang dan pemasukan serta peningkatan pendapatan bagi daerah ini," ujar Sjachroedin lagi.

Beberapa turis asing, diantaranya dari Afghanistan yang datang ke Lampung, mengaku tertarik untuk melihat keindahan dan pesona seni dan budaya serta alam daerah itu.

Selain menyaksikan pagelaran FK ke-17, para turis itu, antara lain juga menyaksikan Lampung Expo sebagai ajang promosi dan pameran bisnis serta ekonomi tahunan di Lampung.

Mereka juga diajak melihat langsung kondisi hutan yang masih terjaga di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung Barat dan Tanggamus.

Belum Optimal
Kendati begitu, menurut pengamat pariwisata Lampung, Ir H Anshori Djausal MT, pemerintah daerahnya belum optimal memanfaatkan berbagai peluang bagus yang dimiliki daerahnya, untuk memacu ekonomi, maupun mengembangkan sektor pariwisata.

Anshori menyebutkan, peluang besar setiap kali ada kunjungan delegasi asing ke Lampung, seperti dibiarkan hilang tanpa bekas begitu saja.

"Seharusnya kehadiran delegasi asing itu, seperti kedatangan rombongan pejabat Pemerintah Afghanistan dapat dimanfaatkan secara optimal, tidak saja untuk kepentingan pariwisata tapi juga kepentingan bisnis dan diplomasi serta kemungkinan kerjasama dengan daerah ini," ujar Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama Universitas Lampung (Unila) itu pula.

Anshori menilai, dengan dukungan diplomasi dan promosi daerah Lampung, akan makin banyak investor, pelancong dan para turis asing masuk ke Lampung sehingga berpeluang kian memacu ekonomi daerahnya itu.

Dinas Promosi Investasi Kebudayaan dan Pariwisata Lampung menyebutkan, hingga Oktober 2006, investasi asing (PMA) yang masuk ke daerahnya mencapai Rp1,3 triliun, dengan 11 proyek tersebar di beberapa kabupaten dan kota di Lampung.

Investasi dalam negeri (PMDN) masuk ke Lampung, pada waktu yang sama mencapai Rp3,64 triliun.

Pemprov Lampung mencanangkan pertumbuhan ekonomi daerahnya mencapai 4,4 persen hingga lima persen, dengan tingkat inflasi sebesar 10 persen, dan pengangguran terbuka yang turun menjadi hanya lima persen.

Lampung juga merupakan daerah lumbung beras dan jagung, dengan produksi yang ikut memasok persediaan beras dan jagung nasional.

Namun penduduk Lampung yang kini mencapai sekitar tujuh juta jiwa lebih, diperkirakan sebanyak 20-30 persen masih tergolong miskin atau belum termasuk kelompok sejahtera.

Keterbatasan anggaran pemerintah daerah itu, membuat program pengentasan kemiskinan tahun 2007, masih dibatasi prioritasnya pada 200 dari 700 desa miskin di Lampung (total lebih 2.000 desa).

Sejumlah pengamat lantas mengkritik pelaksanaan program Pemprov Lampung yang belum menyentuh langsung pada persoalan mendasar di daerahnya, seperti FK ke-17 yang menelan dana miliaran rupiah, namun imbasnya secara langsung belum nyata dapat dirasakan masyarakat di daerah ini.

"Mau sampai kapan festival seperti itu, termasuk festival serupa digelar kabupaten dan kota di Lampung terus diselenggarakan dengan menghabiskan dana cukup besar, padahal manfaatnya untuk masyarakat dan daerah Lampung tetap saja belum dapat dinikmati," cetus salah satu pengamat kritis itu pula.

Betapapun kritik terlontar, perhelatan akbar menelan dana Rp1,5 miliar pada FK ke-17 telah dibuka resmi dan dipastikan terus berjalan hingga rampung pada akhir Agustus 2007 ini, serta kemungkinan pula masih akan tetap dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang.

Kedua pasangan pengantin asal Jepang yang berjalan diiringi gajah jinak Lampung serta terus mengulas senyum pada pembukaan FK ke-17 itu, tentu tidak merasakan masalah yang pelik yang dihadapi sebagian masyarakat Lampung itu.

Sumber: www.antara.co.id (28 Agustus 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts