Lingga Kini Punya Rumah Tekat Tudung Manto

Lingga, Kepri - Di Kampung Metok, Kelurahan Daik, kini telah di bangun Rumah Tekat Tudung Manto. Tempat kerjinan khas dan industri kreatif, produk budaya yang diharapkan menjadi salah satu usaha pengrajin untuk meningkatkan taraf ekonomi.

Tudung manto ialah warisan kebudayaan Melayu Daik. Ia dibuat dengan sulaman benang emas yang disebut Kelingkan. Digunakan untuk kaum perempuan melayu, sebagai identitas.

Said Asy’ari, Lurah Daik mengatakan, Rumah Tekat Tudung Manto di Kampung Mentok di beri nama Halimah. Sebab, bangunan yang dibangun melalui dana PKKPM dari Kemeterian Desa tersebut, merupakan tanah hibah dari keluarga Datok Bandar, salah seorang petinggi Kesultanan Lingga-Riau.

“Kita beri nama Halimah. Ia adalah, istri dari Datok Bandar yang menghibahkan tanah ini. Kita sangat berterimakasih. Adanya Rumah Tekat Tudung Mano Halimah ini, sebagai jawaban dari Bunda Tanah Melayu yang berpusat di Daik. Kota yang penuh akan sejarah dan budayanya,” kata Ari saapan akrabnya saat serah terima dan selamatan atas selesainya pembangunan tersebut, Kamis, (14/4) sore.

Desain Rumah Tekat dikatakan Ari, juga sengaja dibangun dengan arsitektur Melayu Daik. Ornamen, ukiran, lebah bergantung, tunjuk langit sengaja dibuat dengan bahan kayu yang menambah elegan bangunan tersebut. Terdapat juga ruang tamu, galeri dan ruang pengrajin yang cukup menampung 20 orang.

“Kita harapkan, rumah ini dapat meningkatkan taraf ekonomi ibu-ibu pengrajin. Menghidupkan produk budaya. Sementara untuk 20 orang pengrajin, kita harapkan terus bertambah terlebih kepada generasi muda untuk bisa belajar kebudayaan. Bisa melihat dan belajar langsung nanti di sini, setelah kita resmikan tentunya,” sambung Ari.

Dalam waktu dekat, peresmian akan segera dilakukan. Menunggu jadwal kosong Bupati Lingga, Alias Wello yang ia harapkan dapat menjadi orang pertama yang meresmikan Rumah Tekat, sebagai salah satu ikon dan pusat kerajinan di Bunda Tanah Melayu. Selain Rumah Tekat Tudung Manto Halimah, Kelurahan Daik, kata Ari, juga sedang menyelesaikan lagi sebuah Rumah Sagu yang dibangun di Kampung Melukap. Menjadi pusat oleh-oleh makanan olahan sagu dan meningkatkan produktifitas sagu Lingga.

“Ada satu lagi, rumah sagu yang sedang kita siapkan. Kita harapkan nanti, Pak Awe langsung yang meresmikan,” tuturnya.

Ia berharap, dua bangunan ini nanti menjadi tonggak awal ekonomi kreatif warga Daik, yang didaulat sebagai Bunda Tanah Melayu. Agar semakin siap, dengan kunjungan-kunjungan budaya yang tentunya dengan penataan yang lebih baik. Kedepan, produktifitas kreativitas ini, dengan harga tudung manto yang laku di pasaran Kepri, Singapura dan Malaysia serta semenanjung Melayu, dengan harga bervariasi mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta dan di Malaysia bisa mencapai Rp 17 juta, sehingga akan meningkatkan perekonomian warga Kabupaten Lingga.

-

Arsip Blog

Recent Posts