Catat! 27 Juni Ada Tradisi Pemakaman Rambu Solo Toraja

Jakarta - Jika berencana berwisata ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan dalam waktu dekat, maka Anda tergolong beruntung. Pasalnya, di Rantepao akan diselenggarakan acara adat prosesi Rambu Solo pada tanggal 27 Juni 2016.

Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia, Frederick Batong mengatakan, nantinya acara Rambu Solo akan diadakan di Tongkonan Rura, Rantepao. Ia menambahkan, prosesi Rambu Solo nanti akan ada kerbau belang yang akan dikorbankan.

"Rambu solo itu paling banyak itu akhir Juni sampai pertengahan Juli. Nanti tanggal 27 Juni itu saya punya keluarga," kata Frederick kepada KompasTravel usai acara jumpa pers Toraja Fair 2016 di Gereja Tongkonan Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (24/6/2016).

Menurut Frederick, wisatawan bisa melihat prosesi Rambu Solo yang akan diselenggarakan 27 Juni 2016. Rambu Solo dikenal sebagai salah satu tradisi masyarakat Toraja yang bisa memikat wisatawan.

Masyarakat Tana Toraja percaya, bahwa arwah orang yang meninggal akan menjadi setengah dewa. Prosesi Rambu Solo dianggap sangat penting oleh masyarakat Tana Toraja. Alasannya, prosesi Rambu Solo yang sempurna akan menentukan posisi arwah orang yang meninggal, apakah sebagai bombo (arwah gentayangan), to-membali puang (arwah yang mencapai tingkat dewa), atau deata (arwah yang menjadi dewa pelindung).

Pada puncak acara Rambu Solo, terdapat kegiatan bernama Ranteyang dilaksanakan di lapangan khusus yang telah disiapkan. Rante selalu menarik perhatian wisatawan yang datang, karena dalam Rante terdapat rangkaian ritual.

Ritual-ritual yang terdapat di upacara Rante adalah proses pembungkusan jenazah (mabalun, ma’tudan), pembubuhan ornamen-ornamen yang terbuat dari emas dan perak pada peti jenazah (ma’roto), pemindahan dan penurunan peti jenazah dari tongkonan ke La’ Kian (ma’popengkalo alang), dan proses membawa peti jenazah ke tempat peristirahatan terakhir (ma’palao).

Ada pula beberapa atraksi budaya yang selalu ada di Rante, yakni adu kerbau (mappasilaga tedong atau tedong silaga), kerbau-kerbau yang akan disembelih harus diadu terlebih dahulu.

Kemudian ada juga prosesi adu kaki atau biasa disebut dengan sisemba. Ada pula prosesi ma’badong yang merupakan nyanyian dalam bahasa Toraja yang berisi syair-syair pujian, nasihat, dan riwayat hidup.

Orang-orang yang melaksanakan ma’ adong disebut pa’ Badong. Pa’ badong akan berkumpul membentuk lingkaran, saling mengaitkan kelingking, lalu memulai prosesi ma’badong.

Ma’badong dilaksanakan pada siang hari (saat pemindahan peti jenazah dan saat tamu datang), maupun pada malam hari. Pada siang hari, yang dapat melaksanakan ma’badong hanyalah group pa’ badong yang sudah terpilih. Sedangkan untuk malam hari, siapa saja boleh melaksanakan ma’ badong.

-

Arsip Blog

Recent Posts