Padang - Lingkungan objek wisata air panas Bukit Kili, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar), kurang terpelihara kebersihannya.
Warga dan pengunjung setempat saat mandi di kolom air panas Bukit Kili, banyak yang tidak mengindahkan ketentuan yang telah ditetapkan petugas kebersihan, demikian pantauan Antara di lokasi objek wisata itu, Minggu.
Objek wisata air panas yang berjarak sekitar 54 km dari Kota Padang itu, dirancang menjadi dua kolam yakni khusus pria berukuran 10 x 20 meter dan wanita 10 x 15 meter. Temperatur air mencapai 5 hingga 6 derajat celsius.
Kolam air panas ini di lingkungan rumah warga yang cukup padat, dan khusus di lingkungan kolam tersedia penginapan terdiri atas 10 kamar, dengan sewa Rp20 ribu per orang per hari.
Lokasi pemandian air panas yang bersebelahan letaknya dengan masjid itu, hanya berjarak 50 meter dari sisi ruas jalan lintas Sumatera (Jainsum) Padang - Solok di kawasan.
Pengunjung yang datang ke sana berdasarkan keterangan warga sekitar, selain dari daerah di Sumbar juga dari Provinsi Jambi, Bengkulu, dan Riau.
Pengunjung cukup ramai pada hari-hari libur nasional, bahkan pada Lebaran, jumlah pengunjung makin meningkat.
Tiap pengunjung yang masuk dikenakan biaya Rp1.000 per orang dan khusus libur Lebaran Rp2.000 per orang.
Menurut seorang pemuda setempat, pihak pengelola sudah membuat ketentuan agar tidak membuang sampah dan bungkus sabun di lingkungan kolam pemandian, namun masih terdapat para warga dan pengunjung yang tidak mengindahkannya.
"Petugas khusus membersihkan lingkungan kolam air panas sudah dibentuk, tapi hanya sekali dalam sepekan pada hari Jumat," kata pemuda panggilan Doni itu.
Dia menambahkan, seharusnya petugas juga menyediakan bak sampah di lingkungan kolam agar pengunjung tidak sembarangan membuang sampah.
Data Pemkab Solok menyebutkan, sumber air panas Bukit Kili terdapat 11 lokasi. Sumber panas diduga berasal dari kantong-kantong magma yang terdapat di bawah Gunung Talang dengan kedalaman yang belum diketahui.
Mata air panas tersebut keluar melalui rekahan-rekahan pada batuan vulkanik muda (lahar Bukit Bakar dan Gunung Talang) dan aluvium.
Keberadaan manisfestasi tersebut di atas dikontrol oleh struktur
sesar Batu Bajanjang dan Danau Kembar yang berarah barat laut-tenggara.
Terapi Stroke
Potensi air panas di daerah Bukit Kili, selain menjadi lokasi wisata, juga sebagian warga berkeyakinan bisa menjadi tempat terapi penderita stroke.
"Pengunjung datang ke sini, bukan saja ingin mandi, tapi juga banyak penderita penyakit stroke yang berendam di kolam ini --terapi--," kata Fitri, pedagang di kawasan lokasi obyek wisata air panas di Nagari Koto Baru, Kab. Solok.
"Bagi pengunjung agar tak langsung terjun ke kolam, jika belum terbiasa, karena akan terasa panas sekali," tambah Fitri sembari mengkisahkan, pernah ada kejadian pengunjung langsung terjun ke dalam kolam tanpa meraba kondisi air, sehingga berakibat ia pingsan karena tak tahan dengan panas air.
Para pengunjung biasanya sebelum berendam masuk kolam, lebih dulu membasahi tubuhnya menggunakan timba, guna menyesuaikan suhu air dengan tubuhnya.
"Bila sudah membasahi tubuhnya lebih dulu dengan menciduk air menggunakan timba secara berlahan baru mencebur masuh kolam, jauh akan lebih aman," katanya.
Hal yang sama juga dilakukan para penderita penyakit stroke, ia bisa bertahan hingga satu jam berendam di sana.
"Awak (kami--red) tak tahu persis apa sudah berendam di sini, kemudian ada perubahan kondisi kesehatan penderita stroke itu," kata Fitri namun ia menambahkan, tapi beberapa pendamping penderita itu mengaku, penderita stroke mengalami perubahan, seperti kondisi badannya terasa lebih segar.
Sumber: www.mediaindonesia.com (4 Februari 2008)