Menteri Pariwisata Malaysia; Merapi dan Malioboro Daya Tarik Yogya

Yogya - Pariwisata rentan dengan berbagai isu atau rumor, entah terkait dengan isu teroris, konflik politik, serta gangguan lain baik internal maupun eksternal. Oleh karenanya, langkah promosi tak bisa sesaat dan berhenti, baik saat terpuruk sekali pun. Sebab, pariwisata tak ada apa-apanya tanpa promosi. ”Promosi pun harus fokus, supaya pengembangan dan pemasaran pariwisata jelas arah dan sasarannya,” kata Datuk Seri Tengku Adnan B Tengku Mansor, Menteri Pariwisata Malaysia, dalam wawancara khusus dengan KR, di lobby Hotel Melia Purosani, Yogya, Minggu siang (26/8).

Untuk bisa fokus dalam promosi, maka berbagai komponen dan pelaku pariwisata harus kompak, dan didukung pemerintah. Jadi, tak bisa jalan sendiri-sendiri. Strategi promosi yang fokus ini sangat dimungkinkan, terlebih ketika suatu destinasi pariwisata punya unggulan yang tak dimiliki destinasi lain. Menteri Pariwisata Malaysia menyebut beberapa unggulan Yogya yang bisa dijadikan materi promosi yang fokus, seperti Gunung Merapi, kekayaan budaya atau culture, serta juga adanya Candi Borobudur yang tak dimiliki negara lain. ”Malioboro, dengan lesehannya bisa dijual secara khusus, asal dikemas dengan bagus, sangat layak dijual untuk wisatawan. Karena, Gunung Merapi dan Malioboro tak dimiliki negara dan daerah lain,” katanya.

Dengan alasan itu pula, maka sangat tepat kalau kemudian masyarakat pariwisata dan pemerintah Malaysia memberikan penghargaan kepada Yogyakarta sebagai The Best International Destination.

Datuk Seri Tengku Adnan B Tengku Mansor juga membuka peluang untuk melakukan kerja sama pemasaran pariwisata antara Malaysia dengan Indonesia. Dengan konsep `Satu Destinasi Dua Negara`, menurut Datuk Seri, maka joint promotion bisa dilakukan. Apalagi Indonesia, khususnya Yogya memiliki banyak kesamaan budaya dengan Malaysia. Dengan membidik market segment yang sama, maka aksi promosi bersama bisa dilakukan.

Menteri Pariwisata Malaysia juga mengingatkan bahwa mempelajari `apa maunya` wisatawan sangat penting. Dengan demikian, konsep dan strategi pemasaran bisa dilakukan secara tepat sasaran. Dengan konsep dan strategi pemasaran seperti inilah, Malaysia yang menapak usia 50 tahun ini mengembangkan pariwisata secara komprehensif, dengan menjual destinasi masing-masing daerah.

Malaysia yang merupakan negara dengan multikultural dan multietnik, sangat menyadari bahwa keterpaduan dan gerak bersama sangat dibutuhkan. Termasuk dalam memasarkan produk medical tourism dan educational tourism. ”Saat ini makin banyak orang berobat ke Malaysia, karena banyak rumah sakit internasional di Malaysia didukung peralatan canggih dan dokter profesional. Sedangkan untuk pendidikan, tak kurang dari 50 ribu orang asing studi di Malaysia. ”Kami akan menjalin kerja sama dengan Menteri Pendidikan untuk bisa menarik 100 ribu orang asing belajar di Malaysia hingga tahun 2010 nanti,” tambahnya.

Sumber: www.kr.co.id (27 Agustus 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts