Festival Danau Kerinci Dimulai

Kerinci - Ribuan warga ikut berpesta dalam pembukaan Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci XI yag digelar di tepi Danau Kerinci, Rabu (6/7/2011). Sejumlah tradisi budaya, seperti meniup serunai padi, kisaran padi, karnaval usuh atau bubut lancah, serta tari-tarian adat lama, akan ditampilkan untuk mengangkat kembali budaya yang pernah tenggelam.

Dalam pembukaan festival itu, sebanyak 120 siswa SMAN I Sungai Penuh membawakan tari Turun ke Sawah selama 30 menit. Di lokasi yang sama, masyarakat dari tiap-tiap kecamatan berkarnaval memamerkan keunikan budaya masing-masing.

Wakil Gubernur Jambi Fachori Umar yang membuka acara mengatakan, festival ini sebagai aset wisata penting yang berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan. Pihaknya berharap masyarakat lokal juga semakin sadar untuk menyambut wisatawan.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci Arlis Harun mengatakan, rangkaian acara budaya akan digelar pada sejumlah lokasi hingga Minggu (10/7/2011).

Sebanyak 2.500 petani akan mengikuti prosesi tiup serunai padi. Kegiatan ini rencananya akan masuk dalam rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Menurut Arlis, meniup serunai padi atau katete adalah tradisi turun-temurun petani di Kerinci.

Tiup katete umumnya dilakukan di sela istirahat di tengah sawah sembari menunggu padi siap dipanen. Batang padi dilekatkan dengan batang daun kelapa sebagai corong sehingga membentuk seperti trompet. Suara tiupan serunai padi terdengar lirih karena terbawa angin, tetapi terkesan semarak jika ditiup oleh beberapa petani.

Namun, tradisi katete belakangan meredup seiring dengan sebagian petani yang mulai beralih mata pencaharian. Ada sawah yang beralih fungsi menjadi kebun kopi atau palawija.

Festival ini juga akan menggelar karnaval usuh atau bubut lancah, yaitu mengendarai gerobak yang ditarik sapi. Pihaknya memperkirakan sekitar 250 sapi penarik gerobak akan ikut serta menyusuri jalan di tepian Danau Kerinci, yang akan menjadi pemandangan unik bagi wisatawan.

Selain itu, ada juga acara kisaran padi, yaitu mengupas kulit padi dengan cara khas petani Kerinci menggunakan sebuah alat dari batang kelapa serta lomba lari di sawah dalam.

Arlis berharap wisatawan dapat semakin tertarik berkunjung ke Kerinci. Meski di sekitar Danau Kerinci belum terdapat penginapan atau hotel memadai, masyarakat setempat telah siap menyambut wisatawan yang ingin menginap di rumah mereka.

Budayawan asal Kerinci, MJ Azhar, mengatakan, saat ini begitu banyak budaya Kerinci yang telah tenggelam. Tidak hanya tradisi meniup serunai padi, tetapi pemanfaatan alat-alat musik tradisional juga jarang dilakukan.

Padahal, kerinci memiliki gong ketuk atau gumbei, serdam (sejenis seruling), sekdu, serta gendang sikke (tabuhan), yang menghasilkan musik berbeda dibanding alat-alat musik sejenisnya. Tari-tarian dan tradisi sastra juga tak sesemarak dulu.

Kerinci terletak di barat Provinsi Jambi, yang memiliki banyak obyek wisata, seperti Danau Kerinci, Gunung Kerinci, Danau Gunung Tujuh, Air Terjun Telung Berasap, Air Panas Sumurup, dan Perkebunan Teh Kajoe Aro. Sebagian besar wilayah ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Berjarak 430 kilometer dari ibu kota Jambi, Kerinci dapat ditempuh melalui jalur darat dengan waktu 10-11 jam. Penerbangan menuju Bandara Depati Parbo di Kota Sungai Penuh telah dibuka dengan frekuensi tiga kali dalam sepekan dari Bandara Sultan Thaha di Kota Jambi.

-

Arsip Blog

Recent Posts