Kendari, Sultra - Kondisi Benteng Liya di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, terbengkalai dengan banyak bagian rusak dan termakan usia. Masyarakat sekitar mendesak pemerintah memugar benteng tersebut untuk melestarikan nilai sejarahnya.
"Selain itu, jika dipugar, Benteng Liya bisa menjadi alternatif obyek wisata yang menarik di Wakatobi," kata Ketua Umum Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya LM Ali Habiu, Jumat (1/4/2011) di Kendari.
Kondisi fisik benteng yang terbuat dari batu alam itu, ujar Ali, tinggal tersisa kurang dari 10 persen. Selain dimakan usia, benteng itu mengalami kehancuran parah pada masa penjajahan Jepang 1942-1945. "Jepang memerintahkan pembongkaran benteng dan materialnya digunakan untuk fondasi jalan dan dermaga," ujarnya.
Akibatnya, bangunan benteng yang tadinya setinggi 3 meter dengan keliling terluar 16 km kini tinggal menyisakan fondasi setinggi 1 meter. Gerbang-gerbang benteng juga banyak yang sudah rusak. Beberapa bangunan di dalam kompleks, seperti baruga (tempat pertemuan) dan meriam-meriam peninggalan kerajaan, juga sudah lapuk dan berkarat.
Benteng Liya merupakan salah satu dari kompleks benteng pertahanan yang dimiliki Kesultanan Buton, salah satu kerajaan maritim di Sulawesi Tenggara yang berjaya pada abad ke-16 dan 17. Benteng itu terletak di Pulau Wangi-wangi, kini masuk Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi.
Namun, berdasarkan keterangan Ali, ada versi yang meyakini Benteng Liya sudah ada jauh sebelum Kesultanan Buton berdiri. "Beberapa sejarawan Buton mengatakan, Benteng Liya dibangun sekitar abad ke-13 oleh raja pertama Liya yang merupakan keturunan wangsa Rajasa di Kediri," ujarnya.
Tahun ini, Ali menambahkan, ada rencana memugar sebagian Benteng Liya yang merupakan proyek Kementerian Pekerjaan Umum. Dana Rp 2,3 miliar itu di antaranya akan dipakai untuk perbaikan 15 pintu benteng, baruga, pendirian gapura, dan pembangunan pusat kegiatan seni dan budaya. "Pemugaran itu sebagai bagian persiapan menjelang Sail Wakatobi bulan Agustus nanti," ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala BP3 Makassar Andi Muhammad Said, yang juga membawahi wilayah Sultra, mengatakan, bulan ini pihaknya akan menurunkan tim untuk melakukan studi teknis pemugaran Benteng Liya. "Studi itu menghitung apa saja yang harus dilakukan, model pemugarannya seperti apa, dan estimasi biayanya," ujarnya.
Berdasarkan penilaian BP3, Benteng Liya sangat layak untuk dipugar karena selain nilai sejarahnya yang tinggi juga potensi besarnya menjadi obyek wisata budaya dan sejarah di Wakatobi. "Namun, pemugaran tidak seluruhnya dilakukan oleh BP3, tetapi juga diharapkan ada kontribusi dari pemerintah daerah setempat," ujar Said.
Sumber: http://travel.kompas.com