Bau-bau - Setelah sukses menyelenggarakan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara IX pada Agustus 2005 lalu, kini Pemerintah Kota (Pemkot) Bau-bau, Sulawesi Tenggara kembali mempersiapkan kegiatan budaya berskala Internasional yakni simposium tentang Perbentengan dan Keramik. Kegiatan tersebut rencananya digelar Juli 2008 mendatang.
Kepala Bidang (Kabid) Nilai Budaya, Kesenian, Sejarah, dan Kepurbakalaan, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Bau-bau, Ali Arham, mengungkapkan, acara tersebut mendapat respon positif dari Badan Arkeologi Nasional, sehingga diperkirakan bakal dihadiri dari beberapa utusan mancanegara di antaranya Jepang. “Bahkan Jepang telah menyatakan kesiapannya menjadi pemakalah,” ujarnya.
Ali Arham menjelaskan, Simposium ini digelar sebagai upaya untuk memperkenalkan kekayaan peninggalan masa lalu hingga ke mancanegara. Sebab, setelah dilakukan penelusuran di beberapa lokasi, ditemukan ribuan jenis keramik peninggalan masa lalu, itulah yang akan disosialisasikan.
Ali Arham menambahkan, pelaksanaan simposium sejalan dengan kondisi Bau-bau, sebagai eks Kesultanan Buton yang memiliki banyak peninggalan sejarah di antaranya Benteng Keraton. Dan itu telah memperoleh legitimasi dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai benteng terluas di Nusantara. Bahkan diperkirakan merupakan benteng terluas di dunia dengan luas lebih dari 22 hektar.
Tak hanya Benteng Keraton, kata Ali Arham, di Bau-bau juga terdapat benteng peninggalan sejarah lainnya seperti Benteng Baadia, Sorawolio, Tobe-tobe, Palagimata, Kalampa, Kaisabu, dan Lowu-lowu. “Itulah nanti yang bakal diperkenalkan pula kepada para peserta simposium dari mancanegara, selain Benteng Keraton,” cetusnya.
Sumber: www.baubau.go.id (31 Januari 2008)