Semarang, Jateng - Puluhan Guru TK se-Kota Semarang berlomba mendongeng yang diadakan oleh IKIP PGRI, Sabtu (11/6). Dengan gaya dan ekspresi mereka mencoba mendongeng berbagai cerita. Mulai dari sejarah hingga cerita binatang. Banyak pesan moral yang disampaikan oleh para guru itu ketika mendongeng.
Seperti Nita Ciptariani Agustin, dari TK Musiyarti, Ngaliyan. Dia ingin menyampaikan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus saling berbagi pada sesama lewat dongeng yang berjudul "Monyet Yang Tamak". Dalam ceritanya, dia menggambarkan seekor kakak monyet yang sangat rakus dan tak mau berbagi dengan temannya.
Bahkan dengan sang adik, kakak monyet pun tak mau berbagi pisang. Dengan penuh penghayatan dan ekspresi dia mengambarkan bagaimana sang kakak jahat terhadap adiknya yang kelaparan karena ditinggal ayah ibunya pergi. "Seharusnya sebagai kakak ia menjaga adiknya agar tidak kelaparan. Namun sang kakak malah asyik makan pisang sendiri tanpa memikirkan sang adik," ujar Nita.
Suatu ketika, ujar dia, sang kakak sedang asyik makan pisang di pohon, sang adik yang kelaparan meminta pisang pada sang kakak. Tapi sang kakak tak mau berbagi. "Sang adik memelas meminta pisang. Tetap saja sang kakak tak peduli. Sang adik tidak marah, malah berdoa kepada Tuhan agar sang kakak berubah sifatnya," kata Nita.
Tak lama, lanjut Nita, sang kakak jatuh dari pohon, tanpa pikir panjang sang adik menolong kakaknya yang jatuh. "Sebagai manusia kita harus tetap berbaik hati kepada siapapun, termasuk kepada orang yang telah menyakiti kita," pungkas Nita.
Ya, itulah gambaran lomba mendongeng guru TK se Kota Semarang yang diadakan oleh IKIP PGRI, Sabtu (11/6) dalam rangka memperingati Dies Natalis ke XXX. Dalam lomba yang diikuti oleh sekitar 25 guru dari berbagai TK itu untuk menumbuhkan lagi budaya mendongeng di kalangan pendidik yang saat ini telah luntur.
Menurut ketua panitia lomba, Jafar Sodiq, lomba bertujuan menumbuh kembangkan pendidikan karakter melalui kearifan lokal. "Cerita dongeng biasanya dari legenda lokal yang sarat dengan pesan moral, sehingga anak lebih tertarik," kata Jafar. Dengan dongeng, lanjut Jafar, kreativitas guru akan dipacu, dampaknya juga pada anak didik.
Dalam lomba ini, tambahnya, akan diambil tiga terbaik. "Setiap pemenang memperoleh trofi dan uang pembinaan," kata jafar. Ditambahkan oleh Prasetyo Utomo, satrawan yang juga sebagai juri lomba, lewat dongeng pesan yang disampaikan mudah dicerna oleh anak didik. "Jati diri seseorang dapat dibentuk dengan dongeng," kata dia.
Sumber: http://suaramerdeka.com