Festival Jenang Solo: Bukan Sekadar Makanan Pengenyang Perut

Solo, Jateng - Lelaki berkumis itu tampak sibuk dengan centhong jenangnya. Mengenakan beskap warna hitam, ia telaten melayani warga yang sejak lama mengantre untuk mendapat setakir jenang. Peluhnya sedikit bercucuran. Sesekali, dia meminta warga bersabar untuk menikmati setakir jenang grendul. “Sabar-sabar, semua pasti kebagian,” ujarnya.

Lelaki itu tak lain Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Selepas membuka Festival Jenang di Koridor Ngarsopuro, Minggu (17/2/2013) pagi, dia turut meladeni warga yang penasaran dengan beragam jenis jenang dalam acara. Meski baru saja memimpin upacara Hari Jadi Solo ke-268 di Koridor Jenderal Sudirman, tak ada kata lelah bagi orang nomor satu di Solo ini. “Jenang ini tidak sekadar makanan. Namun memiliki filosofi yang mendalam. Salah satunya ungkapan rasa syukur kepada Tuhan,” ujar Rudy.

Tak jauh dari tempat Walikota, sekitar 100 stan turut melayani antusiasme warga. Belasan ribu warga Solo dan sekitarnya tampak kalap saat memilih jenang kesukaannya. Salah satunya Hariyanto, 40. Bersama kedua temannya, lelaki asal Sewu ini ingin mencicipi sajian di Festival Jenang sebanyak mungkin. Maklum, di acara itu terdapat 50 jenis jenang yang bisa disantap gratis. “Penasaran saja. Tahun kemarin belum sempat mencoba,” tutur lelaki yang sudah hadir sejak pukul 07.00 ini.

Seorang warga Banjarsari, Luluk, 26, mengaku penasaran dengan jenang yang berasal dari luar negeri. Pagi itu, dia sukses mencicipi jenang kue keranjang di salah satu stan. Menurut Luluk, jenang itu unik karena jarang ditemui di pasaran. Dia juga tertarik dengan filosofi jenang yang disebut mendekatkan dengan rezeki. “Rasanya manis dan lengket. Persis seperti kuenya,” ucap dia.

Kejadian menarik pun mengiringi festival yang menyuguhkan 15.000 takir jenang itu. Sejumlah stan sudah kehabisan jenang meski festival belum dibuka. Hal itu diakui Rino, 22, penjaga stan jenang Jepang dari Niagara Sushi. Ia mengaku kewalahan membendung keinginan warga mencicipi jenang olahannya. “150 mangkuk habis hanya dalam 15 menit.”

Selain jenang impor seperti jenang Jepang, jenang Tionghoa dan jenang Korea, ada jenang spesial dalam gelaran Festival Jenang tahun ini. Jenang itu adalah jenang pendamping ibu hamil seperti jenang Baning (hamil sebulan), jenang iber-iber (hamil dua bulan) hingga jenang procot (hamil sembilan bulan). Menurut ketua panitia, Slamet Raharjo, deretan jenang tersebut adalah warisan nenek moyang yang bermakna rasa syukur. “Kami ingin mengenalkan kepada generasi muda bahwa jenang juga bisa dimaknai doa,” pungkasnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts