Petikan dialog lewat SMS itu terekam dalam hp seorang rekan POSMETRO. Dari seorang siswi sebuah sekolah swasta di bilangan Kecamatan Batamkota. Tentu Pembaca tahu maksud dari SMS Pu, inisial pelajar itu. Ya, Pu adalah fenomena mencengangkan seorang pelajar di Batam. Statusnya memang siswi di salah satu SMA, namun, dia punya pekerjaan sambilan sebagai pemuas seks siapa pun pria yang mau mengeluarkan uang ratusan ribu untuknya. Tarifnya? 500, 400, (ribu)!
Dua hari lalu, POSMETRO sempat beracara bersama dengan Pu di sebuah tempat karaoke di Happy Puppy, Nagoya. Rambut potongan pendek menggantung di atas bahu, membuat paras Pu, terlihat sangat imut-imut. Cocok sekali dengan gambaran siswi sekolah tingkat atas jaman sekarang.
Tubuhnya yang langsing dan mulus keputihan, seolah serasi dengan perpaduan dandangan pakaian trendi masa kini. Dara 16 tahun yang kerap mengenakan stelan baju ketat dan murah senyum itu, hampir tak pernah risih bila berdekatan dengan pria yang usianya jauh lebih tuah. Bahkan apek-apek Singapura. Ketika itu, Pu mengajak seorang rekannya, berinisial Me.
Di tempat karaoke, kedua gadis yang sama-sama berstatus pelajar itu terlihat begitu menikmati. Tak canggung mereka memilih-milih lagu favorit yang hendak dinyanyikannya.
Polah duduk Me, gemar melipatkan kedua kaki dan nangkring di kursi sofa, sedangkan Pu suka menyembunyikan dua telapak tangannya dalam himpitan kedua paha. Keduanya tampak sudah terbiasa dan tidak canggung di dalam kamar tertutup dengan para lelaki yang setara usia bapaknya. Hari itu, acara berakhir sampai di tempat karaoke.
Hari berikutnya, teman dekat Pu yang lain, Ta, giliran mengirimkan SMS. Isinya kurang lebih sama, tentang penawaran seks kilat. Ini kutipannya:
Ta: Bg lg dmana? Abg punya teman gak, buat tman .. (menyebut nama panggilan Ta), dia lg bth uang
X: Yang mana?
Ta: yg kmren it loh, yg dbgkg plisi, yg .. (nama dia lagi) ajak. 300 bwt byar uang skolah short time aj kta’y.
Sebelumnya, Senin (26/10), Ta juga pernah menyodorkan seorang temannya, berinisial Ne. Begini petikan SMS-nya:
Ta: Pge bg... Bg, ad tman gak bwt .. (menulis nama Ne). .. yang pernah ditawarkan untuk short time.
X: Berapa?
Ta: 300 atw gak 400.
Begitulah salah satu cara para pelajar itu menggaet pria hidung belang. Berbekal SMS dan pertemuan di Happy Puppy itulah POSMETRO menelusur, mencari tahu lebih banyak keberadaan para siswa yang nyambi melacurkan diri itu.
Adalah Nagoya Hill tempat favorit Pu dan rekan-rekannya nongkrong. Tak ada tempat favorit mereka, Pu dan rekan-rekannya bisa nongkrong di mana-mana. Termasuk di warung lesehan di depan Nagoya Hill. Di sana, para pelajar itu bisa nongkrong hingga larut malam sembari cekakak-cekikik ngobrol dengan kawan-kawan seusia.
Proses menjual diri pun tidak sefulgar di tempat-tempat prostitusi lainnya. Tak perlu jasa mucikari, mereka kerap memanfaatkan koneksi antar-teman, untuk mencari para pria yang mengingini kehangatan tubuh dara-dara muda tersebut. Mereka selalu memanfaatkan hape untuk menggaet para “pemakai”. Dari hanya informasi mulut ke mulut, sejumlah pelajar tersebut punya cukup banyak pelanggan.
Siapa saja bisa “memakai” mereka, asal kuat bayar. Namun, kebanyakan dari mereka lebih memilih melayani permintaan seks kilat atau short-time. Alasannya, keamanan bisa terjamin karena tak harus menginap bersama orang yang tak mereka kenal. Dengan short-time, rekan-rekan mereka juga bisa menjaga pelajar yang tengah dibooking. Untuk memastikan semua benar-benar berjalan aman.
Keluarga Berantakan
Apakah orangtua mereka tahu kerja sambilan sang Pu yang statusnya masih berseragam abu-abu-putih itu? Kebanyakan tidak tahu. Apalagi sebagian besar mereka, berasal dari keluarga berantakan yang tak jarang orangtua mereka sudah tak terlalu mengurusi lagi keberadaan dan tingkah laku anak-anak mereka. Pu contohnya.
Gadis berambut sebahu ini, sejak beberapa bulan lalu memilih ngekos sendiri di bilangan Bengkong. Menurut sumber yang dekat dengan Pu, ia meninggalkan rumah orangtuanya di daerah Tiban, karena tidak lagi betah dengan situasi rumah. ‘’Tahunya saya, orangtuanya broken-home,’’ ungkap seorang kenalan Pu.
Bagaimana dengan sekolah mereka? Rekan Pu itu kembali mengungkapkan, status Pu antara sekolah dan tidak. Statusnya memang masih pelajar kelas tiga, namun Pu bisa dikatakan sudah sangat jarang pergi ke sekolah. Jangankan belajar, memikirkan pelajaran pun, Pu tidak. ‘’Setahu saya dia kalau malam nyambi kerja. Sempat kerja di food court, tapi ndak betah. Sekarang nganggur dia,’’ tambah kenalan Pu.
Nganggur tapi hidup dengan gaya glamour, pasti membutuhkan biaya yang tak sedikit. Kerja sampingan sebagai wanita panggilan, adalah salah satu cara Pu dan rekan-rekannya menghidupi diri. Dari penelusuran POSMETRO, bahkan beberapa di antara pelajar tersebut bersedia diboyong para apek-apek Singapura ke negeri mereka. Umumnya mereka sudah dibekali paspor dan diuruskan segala sesuatu kebutuhannya di Singapura, ditanggung si “pemakai”.
(uka suara dinata/yoh)
Sekolah Elit, Gaya Hidup Glamour
Sekolah di bilangan Lubukbaja yang mayoritas siswanya keturunan Tionghoa, terlihat begitu glamor. Empat lantai gedung sekolah, setiap ruangan kelasnya dilengkapi mesin pendingin udara aneka merek. Siswa-siswinya pun hilir mudik, kebanyakan menggunakan kendaraan roda dua. Tapi, tak jarang di antara mereka menggunakan mobil untuk alat transportasi ke sekolah. Kabarnya, di sinilah Pu, pelajar yang nyambi menjual diri, bersekolah. Kepada para pelanggan, Pu mengatakan bahwa ia masih pelajar SMA kelas tiga.
Beberapa pelajar yang kemarin ditanya POSMETRO perihal Pu, rata-rata menggeleng kepala, mengaku tidak terlalu kenal. “Setahu saya yang namanya Pu itu masih kelas satu, tetapi cirinya tidak sama dengan yang disebutkan,” kata seorang siswi berkerudung saat tentang Pu. Dia juga menambahkan di lokalnya sendiri tidak ada yang bernama Pu. “Saya sekarang kelas tiga, di lokal ada 40 orang, tetapi tidak ada yang bernama Pu,” tambahnya.
Salah seorang siswi lainnya, menyatakan informasi sebaliknya. Ia mengatakan, memang ada seorang siswi berinisial Pu yang memiliki ciri-ciri rambut sebahu dan berkulit putih. Tapi, sekali lagi ia tak terlalu mengenal dan tak bisa memberikan informasi lebih banyak.
Hal yang sama juga dikatakan oleh penjaga sekolah yang tidak mengenal dengan nama yang disebutkan di atas. “Rata-rata saya kenal wajah siswa-siswi di sini, tetapi kalau namanya saya juga kurang tahu,” paparnya sembari tersenyum kepada salah seorang siswa yang hendak masuk ke dalam gedung sekolah.
Ri, salah satu model di Batam juga mengaku mengenal Pu yang sekolah di sekolah tersebut. Pu adalah siswi kelas tiga. “Ya anaknya sering keluar malam lah. Saya kenal tapi tak seberapa akrab,” ujarnya kepada POSMETRO kemarin.
Menurut Ri, gaya hidup pun glamour. Selain kerap keluar malam dan keluar masuk tempat hiburan ia juga sering fitnes di kawaan Bengkong. “Di sana itu langgannya. Ya dia bisa dipakai lah. Dia juga model,” katanya.
Kemarin memang POSMETRO sempat mendapatkan nomor telpon Pu, tapi beberapa kali dihubungi, tidak nyambung.(ams/sya)