Mengapa di beri judul diatas? Sebenarnya bisnis esek2 para pelajar udah lama terjadi semenjak 10 tahun lalu bahkan lebih. Namun karena orang yang menjalankan bisnis tersebut adalah orang2 yang punya 'koneksi kuat' maka hal itu terus saja berlangsung tanpa terkuak ke muka publik.
Nah berikut laporan rekan annas tentang bisnis tersebut yang kata pelakunya untuk memenuhi kebutuhan sosial alias mencari duit buat hidup!!
Potret pergaulan di kaum pelajar kian hari kian mengkhawatirkan, berdalih perkembangan informasi globalisasi dan perselingkuhan percintaan, kaum terpelajar menceburkan diri pada dunia esek-esek.
Sebut saja Irma, gadis berkuli hitam manis, berparas cantik dan berperawakan mungil ini, usianya belum genap 20 tahun, namun masalah seks, jangan pernah ditanya. Karena menurut pengakuannya, dia sudah melakukan hubungan seks saat duduk di bangku kelas II SMP di kamar kost.
Proses pertemuan untuk menggali informasi bisnis esek-esek Irma, cukup memakan waktu dua minggu. Berawal dari nomor HP yang didapat salah satu teman, komunikasi kemudian berjalan lancar. Tidak hanya melalui SMS, namun melakukan komunikasi langsung dan berujung pertemuan pada satu malam minggu di sebuah gedung mesum yang kerap menjadi "zona kencan" kaum ABG.
Dengan degup jantung yang miris semakin kencang, wawancara "terselubung" mulai dibuka. Seperti layaknya tugas jurnalis, dengan keadaan jantung dag-dig-dug kata perkata mulai dilancarkan. Syukurnya, Irma tidak mencurugai "penyamaran" ini. Pertanyaan pertama kenapa dia harus terjun ke dunia semacam ini.
Dari bibirnya yang tipis, Irma kemudian bercerita asal muasal menggeluti dunia mesum ini setelah dikhiyanati tiga orang pacarnya.
"Aku kecewa dengan pacar-pacar aku, meskipun cowok aku yang terakhir sempat nikahi aku karena aku sudah hamil sebelum nikah, tapi cuma kuat tiga bulan," tutur Irma.
Yang membuat Irma terpukul, kekasih hatinya sempat memberi buah hati satu anak, sebut saja Darwin, saat masa pacaran dia sudah melakukan hubungan seks layaknya suami-istri berulang kali da tidak trehitung lagi. Irma menceritakan, hubungan yang dijalin dengan Darwin bias dibilang tiada hari tanpa seks. Keduanya melakukan di kamar kost, setiap kali diantara keduanya megikuti.
"Kita melakukan seks kapan saja mau, karena aku sama dia ngekost bareng," imbuh Irma
Apakah saat melakukan pria yang mengkencani Irma menggunakan alat pengaman? Irma menjawab diplomatis. Menurut dia, gak ada satu orang priapun yang melakukan hubungan seks menggunanakan alat kontrasepsi. Lalu bagaimana caranya bias tidak hamil? "aku selalu minum pil KB (keluarga berencana) setiap habis melakukan itu setiap hari," jawabnya enteng
Berawal dari pengkhiyanatan cinta ketiga pujaan hatinya, usai lulus SMP, Irma memilih tidak melanjutkan studinya. Sebaliknya dia melamar kerja sebagai writers di sebuah karaoke SRS 2 kilometer dari kantor pemerintahan Subang. Pada minggu pertama, Irma menggeluti profesi sebagaimana layaknya, menawarkan daftar menu, menerima pesanan menu kemudian menyuguhkan kepada tamu yang datang.
Dengan perawakan mungil, paras ayu dengan rambut sebahu dibiarkan terurai, membuat sejumlah pengunjung SRS tertarik kepada Irma. Berawal dari minta ditemanin ngobrol, tukar nomor handphone kemudian berlanjut hingga keluar.
"Biasanya kita check in di daerah Lembang atau Bandung, kita hanya sekedar mengobrol dan bercanda saja, habis itu kita pulang, lumayan tipsnya besar juga," ujarnya, belum terbuka.
Ketika ditanya aktivitas selama di kamar hotel, Irma baru membuka dan menceritakan secara terbuka. Menurut dia, selama di check ini, tidak semua tamu yang "pake" tubuhnya, meskipun tidak sedikit yang minta melakukan hubungan bersebadan.
Tarif sekali kencan, diakui Irma, pariatif, dan tidak mematok target. Pasalnya menurut dia, kemampuan materi "tamu" nya tidak semuanya sama. Saat didesak nominalnya, batas minimum sekali check in sebesar Rp50 ribu, dengan fasilitas "tidak seks".
"Biasanya yang di atas Rp150 ribu atau Rp200 ribu, aku baru mau diajak gituan. Tapi kalo dibawah harga itu, aku gak mau, emangnya milik negara," ujarnya berseloroh.
Pengalaman Irma selama menggeluti dunia hitam itu, pernah satu kali dia diminta oleh pengusaha asal Bandung sebagai istri simpanan. Namun permintaan itu dia tolak, kendati si Bos memiliki fisik ganteng dan berlimpah kekayaan. Alasan penolakan itu sederhana saja, ogah ada upacara pernikahan, karena akan ketahuan belangnya.
Merasa sudah memiliki pelanggan tetap, Irma keluar dari SRS, dan dia mempercayakan "mami" untuk mencari "tamu". Melalui jasa sang "mami"pun tidak berlangsung lama, karena pendapatan yang diterimanya terbagi dua.
"Setelah itu, tamu-tamu yang minta pake sms atau menelpon. Ini lebih menguntungkan," ujarnya polos "uang yang aku dapat, untuk beli kosmetik dan keperluan sehari-hari, orang tua aku gak tahu kalo aku begini. makanya setiap bulan aku tetep minta dikirim uang biar gak ketahuan," imbuhnya.
Setelah lima tahun menjalani profesinya, Irna mengaku jenuh dengan "dagangan"nya. Dia berniat berhenti dari profesi yang satu ini. Kendati tidak secepat itu berhenti total, dan perlu proses diri. "Aku sadar ini salah, tapi untuk berhenti gak semudah itu. Sekarang mah aku sering nolaknya, ngurangin gitu, tapi gak semuanya aku tolak," tambahnya.