Pekanbaru, Riau - Sebanyak 200 siswa mendapat bekal Tunjuk Ajar Melayu. Pembekalah dilakukan melalui Sosialisasi dan Pembekalan Tunjuk Ajar Melayu yang ditaja Disbudpar Provinsi Riau. Sosialisasi dibuka oleh Wagubri HR Mambang Mit.
Globalisasi dan kemajuan IT sering membuat masyarakat terperangkap dalam era moderenisme yang menindas kearifan lokal Budaya Melayu yang bersumber dari nilai-nilai luhur Kebudayaan Melayu.
Oleh karenanya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau menggelar Sosialisasi dan Pembekalan Tunjuk Ajar Melayu di lingkungan Pendidikan selama dua hari di Pekanbaru.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau Said Syarifudin, Tunjuk Ajar Melayu adalah petuah dan amanah suri tauladan dan nasehat yang akan membawa manusia ke jalan lurus selamat dunia akhirat.
Untuk itu, Disbudsenipar Riau mengadakan sosialisasi Tunjuk Ajar bagi kalangan pendidikan yang ditujukan menjaga budaya Melayu dan dapat diterapkan dalam kehidupana masyarakat riau sehari-hari.
Sosialisasi diikuti 200 siswa SMP dan SMA di Pekanbaru serta guru pendamping masing-masing sekolah, Senin pagi (6/5/2013) dibuka oleh Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit bertempat di Aula Museum Daerah Sang Nila Utama yang juga dihadiri Ketum Kerapatan adat Melayu Riau Tenas Effendi dan Ketua Harian LAM Riau Al Azhar yang juga bertindak sebagai nara sumber dalam slosialisasi tersebut.
Dalam pengarahannya Wagubri HR Mambang Mit mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan yang memliliki makna dalam membangun dan mengembangkan kebudayaan Melayu sesuai visi Riau 2020.
''Penyebaran budaya asing seakan menenggelamkam kebudayaan kita tidak hanya kebiasaan dan aktivitas sehari-hari termasuk terhadap pola pikir kebudyaan kita sendiri. Kehadiran budaya luar juga memusnahkan tradisi dan budaya kita namun kita tidak juga boleh menolak mentah-mentah, jika bisa memperkaya budaya kita, namun tentunya diperlukan filter,'' terang HR Mambang Mit.
Sejalan dengan itu lanjut HR Mambang Mit, sosialisasi tunjuk ajar Melayu merupakan langkah tepat untuk upaya penyaringan budaya luar sekaligus untuk mempertahankan budaya lokal dari pengaruh budaya asing dan tidak hanya tugas pemerintah tapi juga masyarakat sebagai pelaku.
''Tantangan yang berat seberapa jauh kita mampu mempertahankannya, dengan pemahaman dan pengertian kita untuk menterjemahkan budaya kita yang dimulai dari lingkungan rumah tangga karena tunjuk ajar melayu berakar dari kebiasaan rumah tangga, mulai sikap orang tua dan anak-anak. Kalau diterapkan disetiap rumah tangga maka akan bertahan dan berkembang dengan baik ke masyarakat lainnya,'' tutup HR Mambang Mit mengakhiri pengarahannya.
Sumber: http://www.goriau.com