Ulos Batak Mampu Disejajarkan dengan Songket Palembang

Medan, Sumut - Ketua Dekranasda Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Netty Pardosi menilai, ulos Batak yang merupakan hasil industri kerajinan daerah itu memiliki keunikan yang khas dan berkualitas, sehingga mampu disejajarkan dengan songket Palembang.

"Kain tenun Batak yang didominasi warna tiga bolit meliputi merah hitam dan putih itu memiliki keunikan khas dan kualitasnya tidak kalah dengan songket dari Palembang," kata Netty di Balige, seperti dikutip dari Antara, Senin (7/7).

Menurut Ketua Tim penggerak PKK Toba Samosir itu, minat konsumen terhadap kain tenunan khas Batak berupa selendang yang merupakan lambang ikatan kasih sayang itu tidak berbeda jauh, jika dibandingkan dengan songket yang berasal dari Palembang.

Ulos juga memiliki keistimewaan sebagai pakaian adat tradisional Batak dan peranannya sangat terlihat pada pelaksanaan berbagai budaya adat Batak.

Netty mengatakan, proses pembuatan ulos bukanlah pekerjaan mudah dan butuh waktu lama. Lewat sentuhan tangan ahli, ulos akan tampak semakin indah, dalam perpaduan warna yang dirangkai benang bermotif seni.

Meski begitu, ulos dan songket Batak masih belum banyak diperkenalkan dalam dunia fashion. Padahal ulos merupakan heritage (warisan) budaya Batak. Jika ulos ini punah, dan tidak ada lagi yang memproduksinya maka Batak akan kehilangan ulos sebagai salah satu warisan nenek moyangnya.

Untuk itu, kata Netty, Dekranasda setempat membuka pelatihan inovasi desain dan mutu produk tenun yang diikuti sejumlah warga di empat kecamatan, yakni Kecamatan Porsea, Silaen, Sigumpar dan Uluan.

Pelatihan diselenggarakan di aula sanggar kegiatan belajar (SKB) Porsea, berjarak sekitar 20 kilometer dari Balige, ibukota Kabupaten Toba Samosir. "Industri tenun ulos dari daerah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk busana fashion dan mode," ujar Netty.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperindag Toba Samosir, Marsarasi Simanjuntak menyebutkan, pihaknya melaksanakan pelatihan keterampilan bagi penenun ulos di daerah itu, guna meningkatkan pengetahuan para pengrajin yang didukung pembiayaan dari APBD tahun anggaran 2014.

Marsarasi mengajak para penenun di daerah tersebut, agar meningkatkan hasil karya mereka lebih mengarah kepada fashion, sehingga memiliki daya saing tinggi.

"Cukup banyak permintaan fashion bercorak ulos yang belum terpenuhi, karena kain tenun Batak itu bisa dijadikan model atau motif pakaian yang sangat modis," kata Marsarasi.

-

Arsip Blog

Recent Posts