Bubur Pedas, Kuliner Ramadan Khas Masyarakat Melayu di Langkat

Langkat, Sumut - Pada umumnya masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, berbuka puasa di bulan Ramadan seperti sekarang ini harus tersedia ’bubur pedas’ yaitu makanan khas yang sudah ada sejak zaman kerajaan Melayu dahulu kala.

"Makanan bubur pedas ini merupakan makanan kuliner warga Melayu saat berbuka puasa," kata salah seorang pembuat bubur pedas Safiah, di Stabat, seperti dikutip dari Antara, Minggu (20/7).

Dikatakannya bahwa makanan khas Melayu Langkat ini sangat diminati, dan ini salah satu makanan yang wajib untuk dicicipi di setiap datangnya bulan suci Ramadan. Konon menurut ceritanya, bubur pedas merupakan kuliner warisan Kesultanan Deli, yang selalu dinikmati selama bulan Ramadan sejak tahun 1909.

Makanan khas Melayu ini tidak hanya lezat tapi juga bisa menjadi makanan penghangat tubuh. Di mana bubur khas Melayu ini memiliki rasa dan aroma yang sangat khas, berwarna kuning pekat dengan kuah santan kental, diirisi daun mangkokan, daun jambu biji, serta daun ketumbar.

Sehingga membuat bubur pedas ini tidak hanya enak tapi juga menyehatkan, kata Safiah. Safiah juga menyampaikan selain itu juga pembuatannya dengan memakai beras sebagai bahan dasar bubur, ditanak dicampur dengan berbagai macam rempah-rempah. Seperti kunyit, temu kunci, temu hitam, jintan serai, temu mangga, dan puluhan macam jenis rempah lainnya.

Sementara untuk campurannya biasanya menggunakan potongan dada ayam serta udang segar.

Uniknya lagi, kata Safiah, bubur pedas juga bisa menggunakan sayuran yang biasanya tidak dipakai. Seperti daun mangkokan, daun mengkudu, daun jeruk, daun kunyit, dan daun jambu biji, yang diiris halus dan dicampurkan saat memasaknya.

Cara memasaknya juga cukup unik, di mana bubur pedas dimasak dalam panci atau wajan berukuran sangat besar, ditaruh di atas tungku dengan api kayu bakar dan digodok menjadi satu secara perlahan-lahan.

Dirinya setiap hari memasak 12 kilogram beras untuk dijadikan bubur pedas, yang harus dimasak dua kali di panci besar yang sama.

Karena sesudah dimasak, nanti bubur pedas ini dapat menjadi dua ember besar, dan siap untuk dibawa ke Masjid Raya Stabat.

"Hampir setiap tahunnya kenaziran Masjid Raya Stabat selalu memesan bubur pedas," katanya.

Seiring dengan berkembangnya zaman, bubur pedas pun mengalami perubahan dalam pemakaian rempah, ini dikerenakan sebagian besar rempah itu sudah sulit ditemukan.

Meskipun begitu, penggemar bubur pedas justru semakin meningkat, tidak sedikit orang yang penasaran akan mencicipi lezatnya makanan khas Melayu untuk berbuka puasa ini.

Hal itu dibenarkan salah seorang jamaah Masjid Raya Stabat, Muhammad Azuan yang mengungkapkan betapa lezat cita rasa dari bubur pedas ini.

Puluhan jamaah warga Stabat, maupun dari luar Stabat, yang akan berbuka puasa dipastikan akan menikmati bubur pedas yang disediakan masjid secara gratis untuk berbuka puasa.

"Masjid Raya Stabat menyediakan buka puasa gratis dengan bubur pedas, buat masyarakat," katanya menjelaskan.

Sementara itu pengamatan di lapangan, mulai awal Ramadan, sepanjang Jalan Kiyai Haji Zainal Arifin dan Jalan Perniagaan Stabat, ramai diantre para pembeli hanya untuk merasakan bagaimana sedapnya bubur pedas.

Terbukti setiap harinya menu bubur pedas itu menjadi incaran para warga yang akan berbuka puasa.

-

Arsip Blog

Recent Posts