Erau Warisan Budaya Leluhur Kutai Kartanegara

Jakarta - Sepanjang Juni lalu, banyak sekali wisatawan mancanegara dari Eropa lalu lalang di jalanan Kutai Kartanegara. Mereka menjelajah setiap sudut kota yang dilalui Sungai Mahakam, sungai terpanjang kedua di Indonesia dengan total panjang sekitar 920 km. Mengabadikan berbagai aktivitas masyarakat Kutai Kartanegara dengan kamera digital maupun telepon pintar. Beberapa kali mereka juga tak sungkan mengajak warga lokal untuk selfie (tren memotret yang sedang digandrungi saat ini).

Lantas mengapa Kutai Kartanegara tiba-tiba didatangi banyak turis asing? Turis asing tersebut datang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Erau International Folklore & Art Festival (EIFAF) 2014 yang berlangsung pada 15-22 Juni 2014. Selain Kutai Kartanegara yang mewakili Indonesia sebagai tuan rumah, kegiatan ini juga diikuti 11 negara dengan total 259 orang yakni dari Latvia, Belanda, Hungaria, Italia, Kroasia, Rusia, Kolombia, Mesir, Bangladesh, Filipina dan Korea Selatan. Selama festival berlangsung, seluruh peserta menampilkan budaya tradisional negara masing-masing dan juga membawakan kesenian tradisional Indonesia.

Festival ini dimulai pada Minggu pagi (15/6) di Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dengan upacara adat Mendirikan Tiang Ayu. Upacara ini dipimpin langsung oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II yang didampingi Putra Mahkota Aji Pangeran Adipati Prabu Anom Surya Adiningrat.

Upacara ini juga dihadiri Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, Dirjen Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Esty Reko Astuti, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari, Wakil Bupati Kutai Kartanegara H.M. Gufron Yusuf, Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Eko Prasojo, Ketua Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Datuk Cendikia Hikmatullah Mahyudin Al Mudra, dan Duta Besar Republik Kroasia untuk Indonesia Drazen Margeta.

Setelah Tiang Ayu berdiri, Gubernur beserta rombongan menuju ke Stadion Rondong Demang, Tenggarong, untuk menghadiri pembukaan EIFAF 2014. Di lapangan ini, seluruh peserta melakukan parade dan di hadapan penonton dengan membawakan tarian khas negara masing-masing. Pembukaan EIFAF 2014 ini disaksikan ribuan warga Tenggarong yang memadati tribun maupun pinggir stadion.

Tepian Sungai Mahakam, tepatnya di sepanjang Jalan Wolter Monginsidi menjadi pusat berbagai kegiatan mulai dari depan Kompleks Perkantoran Bupati yang dilengkapi dengan panggung besar hingga Kompleks Kedaton Kutai Kartanegara. Di sepanjang jalan ini, berbagai kegiatan dilaksanakan seperti lomba olahraga tradisional (lomba ketangkasan gasing, perahu naga dan balap perahu ketinting), pertunjukan seni budaya tradisional, art craft expo, pasar seni, wisata kuliner, hingga upacara adat Dayak Kenyah.

Dalam festival ini juga dapat disaksikan tata kehidupan masyarakat Dayak, mulai dari upacara perkawinan, pengobatan belian dan sebagainya. Puncaknya adalah upacara mengulur naga yang dimulai dari kedaton menuju Kutai Lama dan melarung naga ke Sungai Mahakam.

Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia lima tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama (1300-1325), upacara Erau kembali diadakan. Tradisi ini berlanjut setiap terjadi penggantian atau penobatan raja-raja Kutai Kartanegara.

Kini, Festival Erau didorong untuk mempopulerkan kebudayaan Kutai Kartanegara dan Indonesia pada umumnya di tingkat internasional. Meski demikian, Festival Erau yang lebih modern ini tetap melaksanakan upacara-upacara adat uyang sakral untuk menghormati leluhur. Tradisi yang terus dilaksanakan adalah pelaksanaan upacara adat seperti beluluh, bepelas, menjamu benua.

Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari menjanjikan Festival Erau tahun mendatang dapat berlangsung lebih meriah dengan mengundang sekitar 15-20 negara anggota International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Art (CIOFF).“ Melalui festival yang telah dikembangkan ini, kebudayaan Kutai Kartanegara lebih dikenal di tingkat internasional sehingga membuka peluang besar bagi perkembangan industri pariwisata maupun industri terkait lainnya,” kata Rita yang sekaligus bertindak sebagai produser eksekutif.

Upaya untuk mempopulerkan budaya Kutai Kartanegara juga dilakukan melalui film berjudul Senja di Kota Raja yang menurut rencana akan diputar di bioskop-bioskop Indonesia pada November 2014.

Film yang dibintangi nama-nama tenar seperti Ray Sahetapy, Jajang C. Noer, Nadine Chandrawinata dan Denny Sumargo sama sekali tidak menggunakan dana APBD. Film dibiayai secara patungan antara produser di Jakarta dan Tenggarong.

Masih menurut Rita, di bulan November ini Kutai Kartanegara juga akan memiliki hajatan bertaraf internasional, yakni balap perahu naga yang akan diikuti enam negara. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari upaya pemerintah kabupaten untuk terus mempopulerkan Kutai Kartanegara. Melalui berbagai kegiatan bertaraf internasional ini, Rita berharap dapat semakin memperkenalkan pesona wisata, alam dan budaya Kutai Kartanegara kepada dunia.

-

Arsip Blog

Recent Posts