Jakarta - Di tengah isu ketakutan akan ada kerusuhan pasca-pemilu, banyak warga Indonesia memilih pergi ke luar negeri untuk menghindari kerusuhan karena trauma yang pernah terjadi pada 1998 lalu. Tetapi di tengah ketakutan ini sekolah-sekolah Indonesia berlomba-lomba mengirimkan siswa siswi terbaik untuk melaksanakan misi mengenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional.
Seperti yang dilakukan oleh 'SMP Islam Tugasku', Jakarta Timur yang akan mengirimkan sebanyak 14 orang siswanya ke Beijing, Cina untuk mengikuti The 6th Asia and Oceania International Children Art Festival.
'SMP Islam Tugasku' merupakan satu-satunya wakil dari Indonesia yang mendapatkan undangan langsung dari Conseil Internasionales des Organisations des Festivals de Folklore et d'Arts Traditionnels (CIOFF). Menurut Humas 'SMP Islam Tugasku', Zulbahri, acara tersebut merupakan festival tahunan anak internasional. "Kami beruntung bisa membawa nama besar Indonesia di luar negeri," paparnya.
Pada acara yang akan digelar mulai 21 Juli sampai 29 Juli 2014 tersebut, siswa-siswi Indonesia akan menampilkan tiga tarian, yaitu: Tari Gaba-Gaba (Maluku), Tari Gandrung (Bali), dan Tari Indang Mubarrok (Melayu).
Menurut Dedy "Miing" Gumelar yang ikut melepas siswa-siswi tersebut, acara ini bukan sekadar memperkenalkan budaya Indonesia ke mancanegara tapi juga sebagai ajang aktualisasi diri siswa-siswi. "Saya bangga menyaksikan anak-anak yang notabenenya bukan penari tapi mau belajar dan memunculkan kreativitasnya. Ini penting diajarkan pada sekolah-sekolah kita," ujar Miing.
Anggota Komisi X DPR yang juga pentolan grup komedi Bagito ini mengingatkan agar sistem pendidikan Indonesia harusnya memberikan keseimbangan dalam pengajarannya. "Jangan hanya dari sisi intelektual saja yang dikejar. Aspek pembangunan karakter juga perlu dibangun melalui seni dan olah raga. Ke depan pendidikan kita harus mengarah ke sana," tegasnya.
Sebelumnya pemerintah dan DPR dikritik terkait dengan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kebudayaan yang dinilai oleh sebagian pihak sesat pikir. Sebab, dalam UU tersebut dicantumkan ihwal perlindungan budaya nasional dari dampak globalisasi. Hal ini oleh sebagian pihak justru akan mengebiri budaya itu sendiri, karena budaya dipandang dinamis dan mengikuti perkembagan zaman. Pihak DPR sendiri, beralasan bahwa di samping budaya nasional perlu diperkuat tapi derasnya pengaruh globalisasi juga perlu direm.
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com