Semarang, Jateng - Karnaval Dugderan, tradisi tahunan masyarakat Kota Semarang dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan 1435 Hijriah, Jumat, berlangsung meriah diikuti oleh ribuan peserta.
Rombongan peserta karnaval, meliputi anak-anak sekolah, perwakilan organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan lengkap dengan kendaraan hiasnya mulai berkumpul di halaman Balai Kota Semarang.
Upacara penabuhan bedug menandai pelepasan karnaval dipimpin langsung oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang ketika itu berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat.
"Dugderan, berasal dari kata Dug, yakni suara bedug dan der daru suara dentuman meriam. Keduanya dibunyikan sebagai pertanda datangnya bulan suci Ramadhan," kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi.
Dugderan, kata dia, menjadi tradisi khas masyarakat Kota Semarang yang sudah berlangsung sejak dulu dan sampai kini terus dilestarikan meski sudah mulai dimodifikasi, seperti tak lagi menggunakan meriam.
Tentunya, Hendi mengatakan tradisi dugderan sebagai warisan budaya leluhur masyarakat Kota Semarang sebagai salah satu bentuk kearifan lokal harus terus dilestarikan sampai masa-masa mendatang.
Dalam sambutannya, Wali Kota menyampaikan sepenuhnya menggunakan bahasa Jawa, termasuk pula sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Masdiana Safitri yang juga menggunakan bahasa Jawa.
Rombongan peserta karnaval dilepas dari Balai Kota Semarang menuju ke Masjid Kauman Semarang dipimpin langsung oleh Wali Kota Semarang yang menaiki kereta kencana dikawal oleh Pasukan Pandanaran.
Tampak pernak-pernik khas Dugderan, yakni Warak Ngendog, hewan imajiner bertubuh menyerupai kambing dan berkepala naga, serta kembang manggar yang dibawa oleh para rombongan peserta karnaval dugderan.
Ribuan masyarakat berkumpul di sepanjang jalan yang menjadi rute karnaval untuk menonton rombongan karnaval dugderan yang melintas, mulai dari halaman Balai Kota Semarang hingga Masjid Kauman Semarang.
Setibanya di Masjid Kauman Semarang, rombongan disambut oleh Pasukan Patang Puluhan dan Tari Warak, setelah itu dilanjutkan pembacaan sukuf halaqoh dan penabuhan bedug yang dilakukan selepas Magrib.
Sumber: http://www.antaranews.com