Diarak Keliling Perumahan, Akibat ‘Tarsan’ Ketagihan

KATA para praktisinya, selingkuh itu mengasyikkan. Buktinya Danuri, 40, dari Bekasi ini jadi ketagihan. Asal suami Weni, 36, tak di rumah, dia menyelinap masuk dan berbagi cinta. Tapi sial, aksi mesum itu ketahuan beberapa malam lalu. Akibatnya Danuri diarak bagaikan tarsan, karena hanya pakai kolor saja.

Sudah banyak sekali contoh kasus di kolom ini, bagaimana pelajaran bagi lelaki subita (suka bini tetangga). Tapi orang yang demen koalisi permanen dengan setan, terus saja memperturutkan hawa nafsunya. Padahal jika dipikir-pikir sebagaimana kata almarhum pelawak Basuki, selingkuh itu enaknya tak seberapa, jika ketahuan malunya luar biasa. Bagaimana tidak? Ngakunya dan penampilannya seperti lelaki alim, ternyata malah dzolim. Itu kan sama saja pencitraan?

Rupanya Danuri belum pernah dapat pelajaran berharga. Ketika istri Warsito, 42, tetangganya begitu mulus bebas dempul, tangannya terasa gatel jika tidak mengganggunya. Wajahnya sih biasa-biasa saja, tapi bodinya meck, nggitar Spanyol. Mana kala dia menatap Ny. Weni, entah mau belanja ke warung, atau dia mau kondangan bersama ibu-ibu komunitasnya, dia jadi bengong kayak ayam kemakan karet. Danuri begitu mengagumi, tapi sekaligus pengin untuk menggumuli.

Di rumah sebetulnya Danuri juga ada istri, yang siap melayani 24 jam, kecuali hari libur nasional. Tapi menurut perasaannya. Wagiyem, 38, istrinya itu sudah kehilangan daya tariknya sama sekali. Beda dengan Weni, dia masih menawarkan sejuta aroma dan gairah. Bukti nyata, asal senggolan tak sengaja saja, langsung seperti ada strom 240 menyengat tubuhnya.

Di kala Danuri sedang menjadi lelaki subita, tiba-tiba ada setan mengajak koalisi permanen, tak peduli siapa pemimpinnya. Jika koalisi permanen dalam politik untuk mengejar kekuasaan, koalisi permanen versi setan memang sekedar untuk mengejar kenikmatan. “Ayo maju saja Bleh, jangan ragu. Paling satu putaran juga kena.” Kata setan memberi motivasi.

Karena tetangga dekat, Danuri memang banyak tahu perkembangan Weni dari waktu ke waktu. Kapan dia sendirian di rumah, kapan pula ada suaminya. Nah, di kala Warsito dines kantor, diam-diam dia main ke rumah Weni. Ngobrol ngalor ngidul tentang keseharian. Uniknya, Danuri ini bisa juga meladeni obrolan kaum ibu sepuyat harga-harga sembako misalnya. Karenanya dia bisa cerita berapa harga cabe keriting, bahkan daging celeng selundupan.

Ketika Weni memberi angin, artinya tak bosan akan obrolannya, mulailah dia berwacana hal-hal yang nyerempet-nyerempet bahaya. Ternyata Weni tidak menghindar. Tahu sudah Danuri bahwa bini Warsito ini bisa dimainkan. Maka begitu situasinya sangat kondusif dan aman secara mantap terkendali, Weni pun disergapnya, hip……dan pasrahlah sampai tinggal mendesah dan terengah.

Sejak itu Danuri jadi ketagihan. Asal suami Weni berangkat ke kantor, dia menyelinap masuk minta jatah. Tapi yang terjadi beberapa lalu sangat berbeda. Ternyata gerak geriknya sudah diperhatikan warga. Maka sebelum Danuri benar-benar mencetak gol, langsung digerebek. Tadinya berdua-dua mau diarak bersama, tapi Weni meratap-ratap minta ada kebijaksanaan.

Ya sudah, akhirnya Danuri saja yang ditelanjangi, maksudnya hanya pakai kolor doang. Dalam kondisi ala tarsan tersebut, dia diarak naik sepeda motor, keliling kampung di perumahan Desa Waluya Kecamatan Cikarang Utara. Untung saja ada polisi melintas, sehingga praktek main hakim sendiri tersebut bisa dihentikan. “Ini negara hukum, jangan sampai main hakim sendiri,” tegur polisi.
Ditangani polisi, takut ada yang hanya dilapan anem, sih. (Gunarso Ts)

-

Arsip Blog

Recent Posts