Pekalongan, Jateng - Untuk pertama kalinya, warga Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara menggelar kirab budaya gunungan ikan, Sabtu (24/10) sore. Kegiatan ini diprakarsai oleh Remaja Pecinta Budaya Panjang Wetan ini berlangsung cukup meriah, diikuti ribuan warga.
Warga Panjang Wetan, secara bergotong royong membuat sebuah gunungan yang terbuat dari 80 kilogram ikan. Sekitar 3.000 ekor ikan berbagai jenis, baik ikan basah maupun ikan kering yang sudah digoreng, dibentuk menjadi gunungan. Selanjutnya, gunungan ini dikirab oleh ribuan warga bersama berbagai komunitas budaya dari beragam etnis. Acara ini dihadiri pula oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh budaya, dan unsur Muspika setempat.
Acara kirab dimulai dari depan Panti Asuhan Wisma Rini, di Jalan WR Supratman gang 10. Lalu, menyusuri jalan WR Supratman ke utara, dan finish di Kantor Kelurahan Panjang Wetan. Sesampainya di depan kantor kelurahan, gunungan ikan tersebut terlebih dulu didoakan, selanjutnya menjadi rebutan oleh warga yang hadir.
Kegiatan kirab dimeriahkan oleh berbagai komunitas dan elemen masyarakat. Antara lain, tim Paskibra SMAN 2 Pekalongan, beberapa anggota perguruan pencak silat, kesenian barongsai, para pecinta tosan aji yang tergabung alam Paguyuban Kendali Rangah Pekalongan, dan himpunan pedagang ikan Kota Pekalongan.
Terpantau pula berbagai komunitas budaya lainnya ikut dalam kirab tersebut, antara lain kelompok kesenian angklung Garpu Cindai dari Banyurip Ageng Pekalongan Selatan, serta penampilan para punakawan dari seniman Wapress Kota Pekalongan, dan pawai kendaraan hias yang berbentuk ikan.
Selain kirab gunungan ikan, kegiatan dirangkai pula dengan santunan anak yatim piatu. Lalu, malam harinya, diselenggarakan pentas seni tari sintren dan pagelaran wayang kulit ‘Wayang Kampung Sebelah’ oleh dalang Ki Jlinteng dari Klaten dengan tema ‘Mawas Diri Menakar Berani’.
Lurah Panjang Wetan, NA Ihsan mengatakan bahwa kegiatan yang baru pertama kalinya digelar di Panjang Wetan itu diselenggarakan dalam rangka memeriahkan tahun baru Islam 1437 Hijriyah. Sekaligus untuk ‘nguri-uri’ budaya Jawa.
“Yang dikirab adalah gunungan ikan, karena daerah Panjang Wetan identik sebagai penghasil ikan. Masyarakatnya sebagian besar nelayan,” ungkapnya.
Dia berharap, kegiatan tersebut bisa terselenggara rutin setahun sekali setiap bulan Muharram, dan menjadi ikon untuk Kelurahan Panjang Wetan maupun Kota Pekalongan. “Semoga bisa menambah ikon Kota Pekalongan. Supaya warga mengetahui, tiap tahunnya, kalau pas Syawalan di Krapyak kan ada pemotongan lopis, nah kalau bulan Muharram atau bulan Sura, di sini ada kirab gunungan ikan,” tuturnya.
Ketua Panitia, Hari Kusuma, mengaku senang dengan sambutan antusias masyarakat dalam kegiatan tersebut. “Meskipun ada satu kegiatan yang batal terselenggara yakni sepeda santai pada malam hari karena kurangnya persiapan, namun acara berlangsung meriah. Terima kasih atas partisipasi semua pihak yang telah mendukung rangkaian kegiatan ini bisa terselenggara,” ungkapnya.
Hari juga menyampaikan bahwa salah satu maksud diselenggarakannya kirab gunungan ikan, yang dirangkai dengan santunan anak yatim piatu, pentas tari sintren, dan pagelaran wayang kulit, itu adalah untuk melestarikan budaya. “Untuk nguri-uri budaya. Budaya tak lepas dari agama, dan agama tak lepas dari budaya,” ungkapnya.
Diharapkan, tahun-tahun mendatang, kegiatan tersebut bisa kembali diselenggarakan, dan bisa lebih meriah. Harapannya, dengan terselenggaranya kegiatan itu, bisa mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.
“Panjang Wetan dulu pernah jaya ikannya. Harapannya bisa bangkit lagi, semoga kegiatan ini bisa terselenggara secara rutin tiap tahun dan bisa menjadi salah satu ikon budaya maupun wisata di Kota Pekalongan,” imbuh dia.