Melestarikan Tradisi dengan Program Tenunkoe

Jakarta - Puluhan peserta dari berbagai macam profesi mengikuti program Tenun Jam, di Coworkinc, Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (24/10). Program ini diharapkan dapat membantu wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) meningkatkan mutu kualitas dan tren kain tenun agar ke depannya mereka tidak hanya menjadi perajin, tetapi menjadi pemiliknya.

Tenun Jam adalah inisiatif Gerakan Tenunkoe yang membuka kolaborasi antara kelompok perempuan penenun di Kupang dan komunitas kreatif di Jakarta. Peserta Tenun Jam akan difasilitasi untuk bekerja di dalam tim agar dapat menciptakan desain produk baru berdasarkan kain tenun kelompok perempuan di Kupang.

Tenun Jam juga salah satu cara masyarakat dalam menyumbangkan bentuk kreasinya. Mereka yang ikut berpartisipasi dalam program ini antara lain yaitu desainer, pencinta kerajinan tangan, pecinta tenun, dan ibu rumah tangga. Mereka dikumpulkan untuk berkolaborasi menyebarluaskan teknik dan cara membuat tenun.

Acara ini juga dapat dijadikan ajang berimprovisasi satu sama lain, peserta yang belum pernah bertemu sebelumnya kemudian berkerjasama untuk membuat produk tenun.

Gerakan Tenunkoe adalah gerakan pemberdayaan perempuan di NTT yang kondisinya memprihatinkan karena minimnya sumber pendapatan tetap, tingkat pendidikan rendah, kesehatan dan pemenuhan gizi masih jauh dari ideal, serta tidak mempunyai kapasitas dalam menyuarakan hak-haknya. Langkah awal dari gerakan ini adalah pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan usaha tenun.

Warisan Leluhur

Tenun merupakan warisan leluhur yang sarat simbol dan cerita bermakna, yang sayangnya kurang mendapat perhatian untuk pelestariannya. “Tenun diangkat sebagai kesejahteraan mereka sekaligus melestarikan budaya, bukan hanya kain, tenun juga mengandung makna dan filosofi. Setiap motif dari berbagai daerah juga memiliki makna tersendiri,” ujar Indrasti Maria Agustiana, selaku inisiator Gerakan Tenunkoe.

“Gerakan Tenunkoe baru berdiri pada Januari 2015 dan diharapkan dapat merangkul perajin tenun di semua daerah. Program Tenun Jam diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan koperasinya di Kupang, NTT,” tuturnya.

Menurut Indrasti, motif dari program Tenun Jam ini merupakan suatu bentuk koperasi Tenunkoe. Bisa dipastikan perajin dan pengjahit di banyak daerah bisa membuat tenun dengan baik agar masyatakat juga tertarik dengan tenun, seperti tertarik dengan batik.

Saat ini, tidak banyak generasi muda NTT yang mampu membuat tenun. Bahkan, tidak banyak yang tertarik belajar membuat tenunan meski dalam setiap upacara adat semua warga NTT harus mengenakan pakaian tenun. Karena itu, untuk gerakan tenun ini, Indrasti harus sering bolak-balik ke daerah NTT dan memperdayakan perempuan miskin di sana supaya dapat mengembangkan potensi mereka dalam menenun.

Generasi tua diharapkan dapat menenun untuk kemudian dapat diajarkan kepada generasi muda selanjutnya. Apalagi, dalam setiap upacara adat, kaum perempuan NTT diharap dapat menenun.

Gerakan ini mengajak masyarakat luas dalam melestarikan tenun sekaligus berbagi kasih dengan kaum marginal, khususnya perempuan di Kupang, NTT dalam bentuk donasi untuk modal usaha tenun, membeli produk tenun buah karya perempuan NTT, menyumbangkan desain berbahan baku tenun, serta pemikiran dalam memajukan kaum perempuan di sana.

-

Arsip Blog

Recent Posts