Jakarta - Perhatian pemerintah terhadap lembaga otonom seni budaya di berbagai organisasi masyarakat Islam dan organisasi kemasyarakatan pemuda dinilai masih lemah.
Pemerintah harus memperkuat perhatian tersebut, apalagi menjelang Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober.
Sekjen Himpunan Masyarakat Peduli Indonesia (HMPI) Tri Joko Susilo mengatakan saat ini sebagian pemuda Indonesia malah tergerus budaya kebarat-baratan, pop Korea, hingga radikalisme. Untuk menanggulanginya, pemerintah tidak hanya bisa mengandalkan cara-cara formal seperti seminar.
"Gerakan kultural juga perlu, misalnya dengan memperhatikan lembaga-lembaga otonom seni budaya misalnya lembaga seni budaya Muslim (Lesbumi) milik Nahdlatul Ulama, pencak silat Tapak Suci milik Muhammadiyah, dan lembaga seni otonom OKP yang sudah ada seperti HMI dan Pemuda Pancasila," jelasnya, Rabu (14/10).
HMPI sendiri sudah menggalakkan kegiatan-kegiatan berbasis seni budaya, seperti pementasan wayang dan pameran batu akik untuk mengobarkan semangat keindonesiaan dan kecintaan pada seni budaya nusantara yang sering melibatkan kaum muda. Pemerintah dapat membuat surat edaran agar lembaga-lembaga seni budaya otonom milik berbagai ormas Islam dan OKP diperhatikan.
"Agar kegiatan mereka semakin bergeliat dan jangan sampai mati suri," ujar Tri.
Menurut dia, langkah tersebut masuk dalam program pemerintah dalam rangka revolusi mental, melawan westernisasi, radikalisasi sekaligus menambah nasionalisme bagi utuhnya NKRI dengan pendekatan persuasif lewat seni budaya.
Sumber: http://khazanah.republika.co.id