Jakarta - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Bengkulu, dan Keluarga Keturunan Tabot kembali menggelar Festival Tabot yang berlangsung pada 13-23 Oktober 2015 di Lapangan Merdeka, Kota Bengkulu.
Dikutip dari Wonderful Indonesia, Kamis (8 Oktober 2015), Festival Tabot yang berlatar belakang agama sekaligus kearifan lokal tersebut selalu digelar pada 1-10 Muharram (kalender Islam).
Perayaan Festival Tabot telah dihelat masyarakat Bengkulu (keluarga keturunan Tabot) sejak abad ke-14 untuk memperingati wafatnya Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW, yang meninggal di Karbala, Irak.
Masyarakat Bengkulu percaya apabila perayaan ini tidak diselenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana. Oleh karenanya, Festival Tabot akan dipenuhi dengan serangkaian kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal.
Pembukaan dilakukan di Lapangan Merdeka, Kota Bengkulu, pada 13 Oktober. Setiap hari setelah itu wisatawan akan disuguhi penampilan seni dan budaya Kota Bengkulu, termasuk Festival Tari Kreasi Baru dan Pemilihan Putri Hijab 2015.
Kemudian dilangsungkan prosesi ritual yang dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu upacara pengambilan tanah, duduk penja, menjara, meradai, bersanding dan puncaknya yaitu tabot terbuang yang dijadwalkan pada 23 Oktober 2015.
Acara penutupan dilaksanakan pada 22 Oktober di Lapangan Merdeka. Pengunjung dapat menyaksikan seluruh tabot bersanding untuk diarak bersama tabot pembangunan dalam karnaval ritual kolosal.
Arak-arakan tabot dilepas oleh Gubernur Bengkulu menuju komplek pemakaman umum Karabela, tempat di mana Imam Senggolo selaku pelopor upacara tabot dimakamkan.
Tabot sendiri dalam kitab suci Islam diartikan sebagai sebuah peti yang berisi kitab Taurat. Bani Israil di masa itu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan bila tabot ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka. Sebaliknya mereka akan mendapatkan malapetaka bila benda itu hilang.
Wujud tabot mirip tandu persegi empat dengan ornamen masjid. Untuk membuatnya dibutuhkan bahan dan alat antara lain bambu, rotan, kertas karton, tali, pisau ukir, alat-alat gambar, lampu senter, lampu hias, bunga plastik dan masih banyak lagi. Jika dilihat dari perlengkapan yang harus digunakan, biaya pembuatan tabot bisa mencapai Rp5-40 juta.
Dalam prosesi ritual juga terdapat kenduri atau sesajen, yang biasanya menggunakan beras ketan, pisang emas, jahe, dadeh, gula aren, gula pasir, kelapa, ayam, daging, bumbu masak, kemenyan dan lain-lain.
Untuk mengiringi Festival Tabot, masyarakat Bengkulu pun tetap melestarikan alat musik tradisional seperti dol dan tessa. Dol merupakan beduk yang terbuat dari kayu dan dilapisi kulit lembu, sedangkan tessa mirip dengan rebana, terbuat dari besi, tembaga atau alumunium.
Sumber: http://travel.tempo.co