Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu mengatakan, warisan budaya adalah daya tarik pariwisata yang berkelanjutan selama dilindungi, dijaga, dan dikembangkan tidak saja oleh pemerintah tetapi juga komunitas setempat.
Hal itu disampaikan oleh Mari Elka Pangestu dalam Pertemuan Tahunan World Economic Forum (WEF) 2014 di Davos, Swiss, Minggu (26/1/2014).
"Warisan budaya akan menjadi daya tarik wisata berkelanjutan asalkan dalam menjadi atraksi untuk dikunjungi dan diapresiasi oleh pengunjung dijaga dan dilindungi, dikembangkan agar komunitas setempat dapat manfaat dari perkembangan wisata," katanya.
Menurut Mari, komunitas setempat juga harus mendapat manfaat dari sisi pengembangan SDM dan pemanfaatan dari efek pengganda seperti kuliner, souvenir, dan tempat penginapan.
Di samping itu menjaga budaya setempat dengan melindungi hal yang masih asli dan tradisonal, dengan semangat kontemporer potensial untuk bisa mendapatkan apresiasi dari lebih banyak masyakarat.
"Dalam menceritakan warisan budaya, yang penting adalah cerita mengenai orang-orang kreatif yang ada di Indonesia dari zaman dulu sampai dengan sekarang," katanya.
Menparekraf mencontohkan, misalnya kehebatan Borobudur yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, bukan saja karena merupakan candi Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad-9.
Tetapi karena peradaban dan kreatifitas orang Indonesia sejak abad 9 masih berlanjut sampai dengan sekarang seperti dapat dilihat dari orang-orang kreatif pemahat batu dan pengukir yang masih berada di sekitar Candi Borobudur.
Selain itu, lanjut Mari, hal tersebut juga yang dilandasi SDM produktif dan kreatif di Indonesia yang menjadikan ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia.
"Salah satu cara di mana warisan budaya dan kearifan lokal dapat terjaga dan diapresiasi adalah bilamana dapat dikembangkan sehingga menciptakan nilai tambah," katanya.
Beberapa contoh warisan budaya Indonesia seperti batik dan wayang tetap bertahan dalam bentuk asli dan tradisionalnya, namun dengan pemanfaatan yang lebih kontemporer dan berkembang terus karena kreatifitas, dapat menciptakan nilai tambah dan menghidupkan kembali ketrampilan yang hampir punah.
Mari mengatakan, batik tidak lagi digunakan dalam acara resmi dan formal, tetapi telah berkembang untuk berbagai kegunaan karena sentuhan-sentuhan dari desainer maupun percontohan penggunaan batik oleh semua kalangan.
Misalnya pengunaan batik satu sampai dua kali seminggu di kalangan pemerintahan. Perkembangan tidak terbatas kain dan fesyen, tetapi juga untuk interior, keramik, dan seterusnya.
"Semboyan dari industri kreatif yang berbasis warisan budaya adalah bagaimana warisan budaya bisa menjadi basis dan inspirasi untuk menciptakan sesuatu yang baru dan mempunyai nilai tambah. Singkatnya berbasis tradisional tetapi dengan semangat kontemporer," tambah Mari Pangestu.
Sumber: http://travel.kompas.com