Honor Grup Seni Tradisional Terbilang Menggiurkan

Jakarta - Bayaran untuk grup kesenian di Jakarta untuk satu kali tampi rupanya terbilang menggiurkan. Bagaimana tidak, untuk satu kali manggung, grup berisi empat sampai enam orang bisa mendapat bayaran Rp 15 - 20 juta.

Jika dibagi rata, tiap anggota bisa membawa pulang hingga Rp 5 juta sekali pentas. Sekilas nampak mewah, namun ternyata kenyataan tak seindah itu.

"Kalau ditanggap (diundang main di suatu acara) dapatnya nggak tentu, tergantung acaranya. Kadang Rp 15 juta untuk empat orang, kadang seperti acara ini Rp 20 juta untuk empat sampai enam orang," kata Marsam Mulyo Atmojo dari grup Suromadu usai pementasan Lawakan Surabaya di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Minggu (16/2).

"Tapi yang namanya orang seni, ya tanggapannya nggak tetap. Kadang bisa seminggu tiga kali tapi baru ada yang nanggap tiga bulan kemudian. Kalau setiap hari sih bisa kaya Mas," lanjut pria asal Solo.

Grup Suromadu sendiri masih terbilang baru. Bersama beberapa teman pegiat seni yang beda aliran, Suromadu mulai berdiri Agustus 2013. Karena beragamnya aliran dan latar belakang daerah anggotanya, Marsam lebih suka menyebut grupnya sebagai Suromadu +.

Sore ini, Marsam bersama Bendor, Sari, dan Nurul alias Bento tampil membawakan Lawakan Surabaya. Meski para pemain, kecuali Marsam, baru mempelajari materi 1,5 jam sebelum pentas, mereka tetap sanggup memecah tawa di ruangan auditorium Galeri Indonesia Kaya.

Menurut cerita Marsam, ternyata dibanding tahun 90-an dulu, grup seni semacam ini lebih banyak menerima undangan tampil. Penyebabnya ternyata karena berkurangnya grup-grup lain yang sudah gugur lebih dulu.

Marsam sendiri rutin tampi dalam pentas wayang orang tiap Sabtu malam di Senen. Bersama para seniman lain, Marsam tampil di Gedung Wayang Orang Bharata yang berada di Jalan Kalilio no 15, Jakarta Pusat.

"Kapasitas gedungnya sekitar 300-an. Kalau lagi sepi bisa 70 sampai 80 persen, kalau ramai pasti penuh. Yang nonton kalau saya perhatikan orang-orangnya itu-itu terus alias mereka kembali lagi. Tapi ada juga anak-anak, remaja, bapak-bapak, dan ibu-ibu," kata Marsam yang kini berusia 64 tahun.

Yang diceritakan Marsam, serta antusias penonton Lawakan Surabaya sore ini bisa dilihat sebagai satu hal positif. Di tengah serbuan hiburan impor, seni dan budaya lokal masih memiliki tempat.

-

Arsip Blog

Recent Posts