Cikole, Jabar - Makin hari kebudayaan lokal mulai tidak lagi diminati para generasi muda, khususnya oleh masyarakatnya sendiri. Dengan melihat fenomena tersebut, Sanggar Tari Catrik Palagan Kota Sukabumi terus berupaya untuk ‘menolong’ kebudayaan Sunda agar tidak hilang ditelan zaman. Salah satunya dengan melestarikan tari tradisional jaipong yang merupakan khas Jawa Barat. Dengan mengadakan ujian tari jaipong bagi usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang berlangsung di Jalan Kenari Kelurahan Selabatu, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi itu merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh Sanggar Tari Catrik Palagan.
Acara yang digelar untuk menilai sejauh mana kemampuan tari yang mereka kuasai merupakan kegiatan ke-15 kali diadakan sejak tahun 1999. Dengan seluruh peserta ujian yang berjumlah 53 orang ini mereka berasal dari empat kategori yang berbeda yakni dasar 1, dasar 2, terampil hingga mahir. Peserta ujian sendiri sengaja dibatasi mengingat durasi yang diperlukan untuk seorang peserta saja sudah banyak memakan waktu.
Ki Domon (48) selaku Pendiri Sanggar Tari Catrik Palagan, mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk konsistensi dari sanggar tarinya untuk mendidik anak-anak di bidang tari, khususnya jaipong. Pihaknya menuturkan dalam ujian ini, ada beberapa aspek yang dinilai di antaranya wiraga, wirasa, wirahma dan juga payus (pantes). Semua komponen seperti kostum, gerakan dan juga keempat aspek tersebut jika disatukan menjadi satu keutuhan tarian yang benar.
Menurut Ki Domon, keistimewaan ujian kali ini tentu terdapat pada perkembangan tari jaipong dari tahun ke tahun. Dengan mengembangkan inovasi tari jaipong seperti ini, ia berharap sanggar tarinya bisa terus eksis dengan dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah.
“Hingga kini, banyak kalangan yang mendukung dan menyukai kegiatan ini. Pemerintah pun sejauh ini sudah banyak membantu dengan menyediakan fasilitas tempat latihan seperti di Gedung Juang, Islamic Center dan juga di sini (Rengganis, red). Selain itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pun turut memberikan bentuk dukungannya dengan menandatangani sertifikat kelulusan pada ujian menari ini,” jelas Ki Domon kepada Radar Sukabumi, Minggu (23/8/15).
Meski hingga kini sanggar tari ini belum memiliki aula pribadi, namun ternyata sanggar tari ini berhasil menelurkan beberapa alumni yang berkiprah di dunia seni tari menjadi penari profesional bahkan hingga ke mancanegara. Beberapa di antaranya bahkan turut hadir untuk menjadi juri dalam ujian kali ini. Hal ini menjadikan suatu kehormatan tersendiri bagi Sanggar Tari Catrik Palagan karena kecintaan mereka terhadap seni tradisi ini masih terus melekat hingga kini. Sesuai dengan harapan Ki Domon yang ingin menjadikan seni tradisi ini bisa digandrungi oleh semua kalangan terutama dari anak-anak dan remaja. Untuk itu ia menitikberatkan rasa ‘nyaah’ (sayang) pada seni budaya pribumi.
Kehebatan Sanggar Tari Catri Palagan ini rupanya tak hanya di wilayah Kota Sukabumi saja, seperti pada 22 Agustus kemarin misalnya, pihaknya baru saja meraih peringkat ketujuh sebagai penyajian unggulan dari 33 provinsi yang hadir dalam Parade Tari Nusantara, yang diselenggarakan di TMII dari perwakilan Jawa Barat dengan Tari Wangsa Suta. Ketika ditanya apa yang membuatnya tertarik untuk mengembangkan seni tari ini, ia menjawab bahwa ini merupakan tanggung jawab kita semua selaku orang Jawa Barat, Sunda khususnya, kepada kelestarian kehidupan seni dan budaya itu sendiri. “Kalau bukan kita siapa lagi? Masa orang lain saja menyukai seni budaya kita, kita sendiri tidak? Jangan sampai jati silih ku junti lah (jangan sampai budaya sendiri kalah dengan budaya asing),” pungkasnya.
Sumber: http://jabar.pojoksatu.id