Jakarta - Kisah epos Mahabharata dan Ramayana yang awalnya berasal dari India tersebar ke Jawa ketika masyarakat Jawa kuno masih berada dalam tradisi lisan. Kisah ini disampaikan secara turun-temurun dan mengalami perkembangan serta modifikasi cerita yang kemudian menjadikan Mahabharata dan Ramayana versi Jawa menjadi unik dan khas, berbeda dengan kisah di India.
Prof Dr Agus Aris Munandar, pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam Seminar Naskah Nusantara: Epos Kepahlawanan Sepanjang Zaman di Perpustakaan Nasional, Selasa (15/9), mengatakan, kisah Mahabharata di Jawa awalnya disampaikan dalam bahasa tutur, bukan tulisan. Tulisan Pallawa sendiri baru masuk ke Jawa bersamaan dengan tersebarnya budaya India.
"Melalui uraian kisah epos yang menarik itulah masyarakat Jawa kuno mulai mengenal agama dan budaya India. Mereka kemudian menerimanya," kata Agus.
Baru dalam perjalanan, kisah ini didokumentasikan dalam bentuk artefak berupa fragmen relief di candi dengan gaya relief pandu yang menggambarkan tokoh-tokoh cerita berbentuk relief, seperti tokoh garuda, mintaraga (arjuna) bertapa, dan sebagainya. Adapun fungsi relief di candi bermacam-macam, mulai dari memperindah bangunan candi, memvisualisasikan ajaran keagamaan dan meringkas cerita, memudahkan akses masyarakat untuk memahami kisah, memperbanyak jumlah orang yang mengetahui kisah, serta "mengawetkan" kisah dalam bentuk pahatan.
Mengalami perubahan
Dalam perjalanan waktu, kisah Mahabharata dan Ramayana yang disampaikan secara lisan mengalami modifikasi dan perubahan. Salah satu penyebabnya adalah semakin jarangnya hubungan antara India dan Jawa, khususnya peran pedagang India dalam abad ke-15 yang telah digantikan pedagang Tiongkok.
"Kalaupun masih ada yang datang, orang-orang India yang tiba ke Indonesia pada masa itu lebih banyak yang beragama Islam sehingga di sinilah awal proses penyebaran agama Islam di kepulauan Nusantara bermula," ujarnya.
Pada masa itu pula, pendeta Brahmana Hindu-Buddha menggali kepercayaan asli Jawa yang berkembang sebelum pengaruh India datang. Mereka kemudian menggubah kisah-kisah turunan dari Mahabharata versi Jawa, seperti Sudhamala, Sri Tanjung, Karawasrama, dan Bhimaruci.
"Kisah Mahabharata telah dipindahkan konteks geografinya ke tanah Jawa. Kisah ini akhirnya menjadi milik orang Jawa yang unik dan khas. Kisah ini digambarkan pertama kali dalam bentuk relief pada abad ke-10 di petirtaan Jalatunda," katanya.
Pembicara lain Anabell Teh Gallop dari British Library mengatakan, dalam konteks Melayu, kisah Ramayana cenderung lebih populer dibandingkan Mahabharata. Setidaknya ada tiga teks Melayu yang menjadi koleksi British Library tentang kisah ini.
"Dulu rupanya ada ketegangan ketika kalangan tertentu yang beragama Islam sempat melarang pembacaan naskah-naskah Hindu. Untuk menulisnya, juru tulis Melayu pada masa lampau mencoba menyesuaikan tulisan dengan kondisi masyarakat sekitar, misalnya dengan menambahkan tulisan "jangan beriman" di akhir tulisan.
Sumber: http://print.kompas.com