Melihat Kearifan Sunan Kalijaga Melalui Wayang Tavip

Jakarta - Masih dalam suasana bulan suci Ramadan, Galeri Indonesia kaya bersama pendalang Budi Ros, mempersembahkan sebuah pertunjukan wayang tavip atau wayang plastik bertajuk "Sunan Kalijaga" yang merupakan salah seorang dari Wali Songo di auditorium Galeri Indonesia Kaya (GIK) pada Minggu (5/7).

Lakon ini ditulis oleh Yudi Suryo Atmojo, Rangga Buana, dan Budi Ros sendiri. Pertunjukan ini mengangkat kisah Raden Syahid yang merupakan putra Adipati Tuban yang hidupnya serba kecukupan. Karena berpegang teguh pada hati nurani, ia bertentangan pendapat dengan sang ayah, dan terusir dari istana kadipaten.

Bersama rekan-rekannya, Raden Syahid memilih tinggal di dalam hutan dan membentuk gerombolan perampok. Mereka selalu merampok harta orang yang dianggap korup dan membagikannya kepada fakir miskin. Merasa terganggu, pemerintah Majapahit memburunya, sehingga mereka terpojok, dan akhirnya bubar, kecuali Raden Syahid. Ia bertahan sendirian di dalam hutan, terus merampok, terus membagikannya pada si miskin, dan terus setia pada hati nurani. Di kemudian hari, itulah yang mengantarkannya menjadi orang besar.

Titik balik terjadi ketika ia bertemu Sunan Bonang, yang kala itu telah dikenal sebagai salah seorang wali ternama. Setelah berguru dengan Sunan Bonang, ia menjadi salah satu dari Wali Songo yang dikenal oleh sejarah sebagai Sunan Kalijaga. Selain sebagai salah satu dari Wali Songo, ia dikenal pula sebagai mubalig, seniman, budayawan, cendikiawan, dan tokoh pembaharu yang sangat besar peranannya dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Dalang Wayang Tavip, Budi Ros, telah malang melintang di dunia pertunjukan dengan bergabung dengan Teater Koma, dan sering menjadi pemeran utama dalam pentasnya sejak 1985. Beberapa naskah dramanya telah mendapat penghargaan dalam sayembara penulisan naskah drama seperti Festival Topeng (Dewan Kesenian Jakarta, 2003), Aku vs Ayahku (Dewan Kesenian Surabaya, 2004), Minyak Wangi Orang Mati (Salihara, 2004), Lugu Kayu Bakar (Anti Budaya Korupsi, 2004). Selain pentas di GIK, ia juga mendalang di museum, mal, hotel, dan pusat kesenian.

-

Arsip Blog

Recent Posts