Daik - Perairan di sekitar Pulau Benan, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, dengan potensi terumbu karang dan keindahan pulau-pulau menjadi andalan wisata bahari. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Lingga mengundang investor untuk mengembangkan kawasan tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga Muhammad Ishak mengungkapkan hal itu, Selasa (4/11).
Di perairan itu, batu karang dan ikan-ikan di kedalaman satu sampai dua meter masih bisa terlihat dari permukaan air.
Pulau Benan dapat ditempuh dari Batam sekitar satu jam dengan perahu cepat. Adapun jarak tempuh dari Pulau Benan ke Daik, ibu kota Kabupaten Lingga, sekitar 2,5 jam.
Sekretaris Desa Pulau Medang, Salim Noi, mengungkapkan, dirinya pernah menyelam di perairan Pulau Benang dan Pulau Senayang. ”Terumbu karangnya bagus,” katanya.
Menurut Ishak, pihaknya bekerja sama dengan Batam Tourism Board untuk mempromosikan Pulau Benan.
Ketua Batam Tourism Board Rahman Usman menyatakan, kegiatan promosi Pulau Benan sangat bergantung pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lingga terkait bahan yang hendak dipromosikan.
Direktur perusahaan wisata PT Nusa Jaya Indofast Tan Tju Pu menambahkan, kawasan wisata bahari Pulau Benan perlu dikemas. Misalnya, membangun tempat penginapan dan restoran sederhana. ”Ada banyak turis dari Singapura yang senang menyelam atau memancing,” katanya.
Sementara itu, Tanri Abeng menilai, pariwisata Indonesia tak mengalami kemajuan berarti selama satu dekade ini. Angka kunjungan wisatawan mancanegara tak bertambah secara signifikan, yaitu masih sekitar 5 juta orang, sama dengan angka kunjungan wisatawan tahun 1996.
Tanri yang pernah menjadi Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia dan kini menjadi Komisaris Utama PT Telkom, Selasa di Manado, mengatakan, jika angka kunjungan dijadikan acuan kemajuan, dapat dikatakan pariwisata Indonesia mundur.
”Negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand, dapat meningkatkan angka kunjungan wisman hampir tiga kali lipat,” katanya.
Ketika Indonesia mencapai angka kunjungan 5 juta, Malaysia baru 7 juta orang. Sekarang Malaysia melejit dengan angka kunjungan hampir 18 juta wisman per tahun.
Tanri mengatakan, kemunduran pariwisata Indonesia karena manajemen pengelolaan industri pariwisata Indonesia, terutama pemahaman tentang kompetisi dan kompleksitas masalah yang masih lemah. Pembangunan infrastruktur keamanan dan jalan ke obyek wisata kurang mendapat perhatian. Kegiatan promosi wisata di luar negeri juga masih lemah. (FER/ZAL)
Sumber: http://cetak.kompas.com
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga Muhammad Ishak mengungkapkan hal itu, Selasa (4/11).
Di perairan itu, batu karang dan ikan-ikan di kedalaman satu sampai dua meter masih bisa terlihat dari permukaan air.
Pulau Benan dapat ditempuh dari Batam sekitar satu jam dengan perahu cepat. Adapun jarak tempuh dari Pulau Benan ke Daik, ibu kota Kabupaten Lingga, sekitar 2,5 jam.
Sekretaris Desa Pulau Medang, Salim Noi, mengungkapkan, dirinya pernah menyelam di perairan Pulau Benang dan Pulau Senayang. ”Terumbu karangnya bagus,” katanya.
Menurut Ishak, pihaknya bekerja sama dengan Batam Tourism Board untuk mempromosikan Pulau Benan.
Ketua Batam Tourism Board Rahman Usman menyatakan, kegiatan promosi Pulau Benan sangat bergantung pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lingga terkait bahan yang hendak dipromosikan.
Direktur perusahaan wisata PT Nusa Jaya Indofast Tan Tju Pu menambahkan, kawasan wisata bahari Pulau Benan perlu dikemas. Misalnya, membangun tempat penginapan dan restoran sederhana. ”Ada banyak turis dari Singapura yang senang menyelam atau memancing,” katanya.
Sementara itu, Tanri Abeng menilai, pariwisata Indonesia tak mengalami kemajuan berarti selama satu dekade ini. Angka kunjungan wisatawan mancanegara tak bertambah secara signifikan, yaitu masih sekitar 5 juta orang, sama dengan angka kunjungan wisatawan tahun 1996.
Tanri yang pernah menjadi Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia dan kini menjadi Komisaris Utama PT Telkom, Selasa di Manado, mengatakan, jika angka kunjungan dijadikan acuan kemajuan, dapat dikatakan pariwisata Indonesia mundur.
”Negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand, dapat meningkatkan angka kunjungan wisman hampir tiga kali lipat,” katanya.
Ketika Indonesia mencapai angka kunjungan 5 juta, Malaysia baru 7 juta orang. Sekarang Malaysia melejit dengan angka kunjungan hampir 18 juta wisman per tahun.
Tanri mengatakan, kemunduran pariwisata Indonesia karena manajemen pengelolaan industri pariwisata Indonesia, terutama pemahaman tentang kompetisi dan kompleksitas masalah yang masih lemah. Pembangunan infrastruktur keamanan dan jalan ke obyek wisata kurang mendapat perhatian. Kegiatan promosi wisata di luar negeri juga masih lemah. (FER/ZAL)
Sumber: http://cetak.kompas.com