Yogyakarta - Ratusan warga turut serta dalam Kirab Bakda Kupat 2015, Kampung Pandeyan, Umbuharjo, Jogja, kemarin sore (26/7). Memasuki tahun kelima penyelenggaran, even tahunan ini bertambah semarak. Selain melestarikan upacara adat, juga wujud pengenalan potensi wisata ke khalayak luas.
Ketua Kirab Bakda Kupat 2015 Andik Sulendro mengungkapkan, kirab ini wujud keguyuban. Hampir 90 persen warga Kampung Pandeyan terlibat dalam kegiatan ini. Selain itu juga dijadikan sebagai bentuk syawalan dan silaturahmi antarwarga Pandeyan dan sekitarnya.
“Warga yang terlibat tidak hanya dari Pandeyan saja. Ada dari Sorosutan, Warungboto, Gambiran, hingga komunitas kesenian barongsai. Semuanya berkumpul, bersilaturahmi sekaligus melestarikan tradisi yang ada,” kata Andik di sela acara.
Sebanyak 1.000 biji ketupat turut diarak dalam kirab ini. Ribuan ketupat yang ditata dalam sebuah gunungan dikawal oleh berbagai bregodo. Mulai dari Bregodo Lombok Abang, Bregodo Lombok Ijo, Bregodo Kalinyamat hingga Bregodo Sidokabul dari Kampung Dagaran Sorosutan.
Sedangkan di barisan terdepan terdapat kelompok drumband dari SD Kanisius Sang Timur. Turut hadir pula kelompok kesenian jatilan dan kelompok kesenian barongsai. Selain warga, beberapa wisatawan asing juga terlihat menikmati kirab ini.
Wakil Ketua Pengelola Kampung Wisata Pandeyan Muhammad Dalroby mengungkapkan, upacara bakda kupat merupakan tonggak sejarah. Di mana wujud mengenang perjuanagn para wali songo dalam meneruskan dinasti Majapahit hingga tanah Mataram.
“Awalnya daerah sini (Pandeyan) terkenal sebagai pandai besi. Membantu perjuangan kerajaan Mataram pada waktu itu. Namun kini sudah bergeser dan beralih menjadi pembuat gamelan,” ungkapnya.
Wujud nguri-uri selanjutnya adalah dengan menetapkan Kampung Pandeyan sebagai kawasan kampung wisata. Segala potensi yang dimiliki diangkat, seperti seni ketoprak, wayang hingga produksi gamelan. Kirab Bakda Kupat pun merupakan salah satu upaya melestarikan kekayaan kearifan lokal yang ada.
Selain itu dengan kirab juga membuktikan bahwa Kampung Pandeyan terbuka akan suasana heterogen. Salah satu kontingen kirab ini juga menghadirkan perwakilan agama di Jogjakarta. Latar belakang yang berbeda ini justru menjadi tonggak kuat pemersatu, toleransi dan solidaritas di kota ini.
“Seni dan Budaya tidak melulu orang Pandeyan saja. Tapi juga bisa menghidupkan seni dan budaya kanan kiri sekitarnya. Tema nguri-nguri kabudayan Jawa dan menghargai perbedaan. Pandeyan itu ruang lingkupnya heterogen dan ini wajib kita jaga untuk menjadi kekuatan pemersatu,” katanya.
Kirab berjalan 2,5 km dengan area sekitar Kampung Pandeyan. Diawali dari Jalan Pandeyan menuju Jalan Babaran, lalu Jalan Batikan menuju ke selatan dan masuk kampung Pandeyan. Kirab berakhir di Masjid Ibrahim dengan dibagikannya ribuan ketupat dan sayur lodeh kepada warga yang hadir.
Sumber: http://www.radarjogja.co.id