BANDUNG - Pelukis pelopor kaligrafi modern Indonesia, kelahiran Meulaboh, Prof AD Pirous, mengatakan, selain memiliki keberagaman bahasa, Provinsi Aceh menyimpan banyak sekali 'keberbagaian' budaya yang harus dihargai.
"Saya selalu teringat terhadap dua hal di Aceh. Selain banyak bahasa lokal, adalah keberbagaian budaya. Itu harus dihargai dan menjadi kekayaan luar biasa," kata Prof Pirous saat menerima kunjungan Panitia Kongres Peradababan Aceh 2015 (#KPA2015), di galerinya yang asri di kawasan Dago Pakar, Bandung, Minggu, pekan lalu.
AD Pirous yang masih tampak segar di usia 84 tahun, menyatakan, kebudayaan harus memperoleh penghargaan yang tepat di Aceh, karena kebudayaanlah yang menjadi kekayaan di Aceh.
Ia memuji gagasan Kongres Peradaban Aceh yang di awal ini bertemakan "Memperkuat Bahasa-bahasa Lokal". Menurutnya banyak kosa kata yang sudah hilang karena bendanya sendiri sudah tidak dipergunakan lagi.
Ia juga menyebutkan Aceh sejak lama telah berinteraksi dengan berbagai bahasa di dunia. Puisi-puisi berbahasa Persia karya penyair Persia, Sa'di, diguratkan pada batu nisan sultanah Aceh. "Itu membuktikan bahwa interaksi itu sudah berlangsung sejak lama," kata Pirous.
Salah satu karya Sa'di yang diterjemahkan Almarhum Prof Ibrahim Alfian, oleh Pirous dijadikan karya lukis.(*)