Batam, Kepri - Batam Heritage Society kembali menggelar Pameran Batam Tempo Doeloe. Kali ini, acara yang ditaja di Kepri Mall itu bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DPD Kepri.
"Kenapa IAI, karena mereka telah menerbitkan buku Rekam Jejak Arsitektur Melayu. Itu sejalan dengan apa yang kami lakukan," kata Edi Sutrisno, Ketua Komunitas Batam Heritage Society.
Pameran ini menjadi pameran keempat yang pernah digelar Komunitas Batam Heritage Society. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pameran kali ini lebih teratur dan terorganisir. Batam Heritage mengelompokkan sejarah Batam berdasarkan waktu pemerintahan.
Ruangan didesain dengan konsep alur huruf U. Mereka meletakkan paparan tentang tonggak sejarah pemerintahan Batam di bagian ujung paling kanan. Itulah dia informasi tentang Batam sebagai Pusat Ketemenggungan (1787-1811).
Informasi yang terpampang kemudian, berturut-turut, pemerintahan Batam di bawah Otorita Batam. Mulai dari masa pemerintahan Ibnu Sutowo, JB Sumarlin, BJ Habibie, hingga Mustofa.
Selanjutnya, pemaparan sejarah berganti ke masa pemerintahan otonomi daerah Batam. Komunitas ini memulainya dari era Raja Usman Draman di tahun 1983. Di era itulah mulai muncul kecamatan di Batam.
"Itu peningkatan status yang pertama," kata Edi Sutrisno lagi.
Selanjutnya, komunitas itu memaparkan Pemerintahan Batam era Raja Abdul Azis pada tahun 1989 - 1998, era Nazib pada tahun 1998 - 2000, hingga kemudian era Nyat Kadir di tahun 2000 - 2005 dan, yang terakhir, era Ahmad Dahlan mulai tahun 2005 hingga saat ini.
"Ya selanjutnya, nanti, era Pak Rudi," tuturnya.
Sekretaris IAI DPD Kepri, Yusuf Brawijaya, mengatakan, pameran ini hampir mirip dengan pameran yang pernah IAI lakukan untuk arsitektur melayu. Hanya saja, ruang lingkup pameran ini lebih luas.
Pameran ini menyajikan rekam sejarah tentang Batam. Ia berharap, para pelajar dapat memanfaatkan keberadaan pameran ini untuk mempelajari sejarah Batam. "Saya harap Pak Ahmad Dahlan mau mengajak siswa-siswi ke sini," kata Yusuf.
Hadir dalam pembukaan pameran ini, Deputi Bidang Administrasi dan Umum Badan Pengusahaan (BP) Batam Gani Lasa dan Wali Kota Batam Ahmad Dahlan. Keduanya nyatanya teman lama. Mereka sama-sama bersekolah di Sekolah Rakyat di Batubesar.
"Waktu kecil saya memanggil beliau Kiki," kata Gani Lasa mengomentari foto kecil Ahmad Dahlan yang dibawa Edi Sutrisno.
Pameran ini, menurut Gani, dapat dimanfaatkan untuk menata masa depan Batam. Sebab, pameran ini menggambarkan wajah Batam dari waktu ke waktu. Ia berharap pameran ini dapat memberikan dorongan motivasi tentang apa yang terjadi kemarin dan saat ini. Bahan-bahan ini dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan.
"Mudah-mudahan pameran ini akan mencerminkan proses pembangunan Batam," ujarnya.
Melengkapi pernyataan Gani Lasa, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan merasa bersyukur adanya komunitas Batam Heritage Society. Sebab komunitas ini tak lelah mengeksplorasi Batam, menulis, memotret, hingga membukukan sejarah Batam.
Menurut Ahmad Dahlan, sejarah Melayu apalagi Batam, tidak seutuhnya dimiliki masyarakat Batam. Semua warisan itu ada di Leiden, Belanda. Sebab, waktu itu negeri ini dijajah.
"Makanya dengan keadaan tersebut, kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Edi Sutrisno dan tim dengan pameran ini," ujar Ahmad Dahlan.
Pameran Batam Tempo Doeloe ini berlangsung selama satu minggu penuh hingga Minggu (28/2/2016) depan. Batam Heritage Society akan mengisi kegiatan pameran tersebut dengan acara bedah buku. Seperti misalnya, bedah Buku Tionghoa Batam Dulu dan Kini, buku Nong Isa dan Tonggak Awal Pemerintahan Batam, Rekam Jejak Batam Tempo Doeloe, serta Buku Sejarah Melayu karya Ahmad Dahlan. Selain itu, mereka juga akan mengadakan perlombaan story telling tingkat pelajar dan peragaan busana Batam Tempo Doeloe.
"Kami berharap pameran ini dapat menjadi edukasi historis bagi para siswa," kata Edi Sutrisno, Ketua Batam Heritage Society lagi.
Sumber: http://batampos.co.id