Sumendap Ingin Lestarikan Bahasa Daerah. ’Harus Ada Dukungan Tokoh Adat’

Ratahan, Sulut - Keprihatinan sejumlah pihak soal memudarnya penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda di sejumlah daerah akhir-akhir ini, termasuk di wilayah kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) yang diketahui bersama didiami oleh Tiga sub etnis Minahasa (Tonsawang, Pasan dan Ponosakan), mulai dijawab oleh Bupati, James Sumendap.

Bupati yang dalam visinya bersama wakil bupati Ronald Kandoli, mengutip konsep Tri Sakti Kemerdekaan, ajaran Bung Karno, dimana Satu diantaranya yakni Berkepribadian dalam kebudayaan itu, benar-benar serius mewujudkan visi itu dengan cara akan memasukan bahasa daerah dalam pelajaran Muatan Lokal di jenjang pendidikan dasar hingga atas.

Hal ini ditegaskan Bupati Sumendap (JS) dalam sambutannya pada acara syukuran hari ulang tahun (HUT) ke-2 Jemaat GMIM Syaloom Tombatu Satu, Minggu (28/2). “Bahasa daerah wajib masuk mata pelajaran muatan lokal, dan itu akan dimulai etnis di Tounsawang. Nanti mata pelajaran ini harus masuk dalam tahun ajaran baru ini,” tegasnya.

Lanjut dikatakannya, upaya yang dilakukan itu merupakan bagian dari pelestarian kearifan lokal, khususnya bahasa daerah. “Karena itu, saya berharap ada dukungan dari para tokoh adat, supaya bersedia menjadi pengajar. Namun demikian jangan menuntut menjadi PNS yah, karena ini upaya bersama melestarikan warisan budaya,” katanya, disambut tawa.

Menurut bupati, program tersebut adalah langkah awal, karena kedepan akan dilaksanakan di beberapa etnis lainnya yang ada di Minahasa Tenggara. “Prinsipnya semua ini adalah dedikasi untuk melestarikan warisan budaya, makanya harus menjadi tanggung jawab kita semua bukan hanya pemerintah saja,” pinta JS, yang juga sebagai ketua PA GmnI Sulut.

Pada kesempatan itu, bupati Sumendap yang berdarah etnis Tounsawang, ikut berkesempatan dikenakan pakaian tradisional, oleh tokoh adat Tounsawang Yulius Tiwow. “Sebagai bentuk penghargaan, karena bupati ini juga berdarah Tounsawang, jadi secara khusus kita kenakan pakaian adat Tounsawang,” ujarnya.

Acara yang digarap oleh panitia yang diketuai, Yanti Tumbol itu berlangsung meriah dalam suasana kebudayaan Tounsawang. Acara dimeriahkan oleh penampilan kelompok kesenian Tounsawang Masanbow serta pementasan tarian asli Tounsawang. Sementara yang menjadi khadim dalam Ibadah itu adalah Pdt Piet Tampi dengan liturgi berbahasa Tounsawang.

Ketua Umum Panitia Rony Gozal yang mendamping Ketua Jemaat GMIM Syaloom Tombatu Satu, Pdt Stevenson Simbawa mengaku sangat bersyukur acara tersebut terlaksana dengan baik, apalagi perayaan HUT ini secara khusus mengabungkan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki etnis Tounsawang.

“Secara pribadi saya mengapresiasi sambutan yang cukup meriah dari seluruh warga jemaat maupun masyarakat yang ikut hadir dalam acara ini. Harapannya tentu dalam kegiatan semacam ini, kedepan terus digalakan untuk melestarikan budaya etnis Tounsawang, karena ini adalah jati diri kita," ujarnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts