Sumedang, Jabar - Dewan Kebudayaan Kabupaten Sumedang tengah memperjuangkan membangun kampung seni di Desa/Kecamatan Pamulihan. Sebab, Desa Pamulihan merupakan sentra kerajinan rakyat di Kabupaten Sumedang. Bahkan masyarakatnya masih memegang tradisi dan adat istiadat budaya sunda yang cukup kuat.
“Membangun kampung seni di Desa Pamulihan sampai sekarang masih kami perjuangkan. Bahkan usulan tersebut sudah diajukan kepada Pemkab Sumedang melalui hasil musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) tingkat desa dan kecamatan. Kami berharap, pemda ikut mendorong dan mengapresiasi terwujudnya pembangunan kampung seni ini,” tutur Sekretaris Umum Dewan Kebudayaan Kabupaten Sumedang Tatang Sobarna di kantor Induk Pusat Pemerintahan (IPP) Pemkab Sumedang di Jalan Prabu Gajah Agung Sumedang, Jumat (12/2/2016).
Menurut dia, dipilihnya lokasi pembangunan kampung seni di Desa Pamulihan, karena wilayah itu dari dulu menjadi sentra kerajinan rakyat terutama produk ukiran kayu. Berbagai produk ukiran tersebut, antara lain kerajinan wayang golek, tanimar atau ukiran kayu pada patung-patung khas Papua dan Kalimantan serta pahul atau panah. Produksi layang-layang termasuk layang-layang hias pun, berasal dari Desa Pamulihan.
“Jadi di Desa Pamulihan, pusatnya kriya (kerajinan) di Kabupaten Sumedang. Itu lah salah satu yang menjadi pertimbangan kami memilih lokasi kampung seni di Desa Pamulihan,” kata Tatang.
Dari berbagai produk kerajinan yang dihasilkan masyarakat, lanjut dia, produk kerajinan wayang golek yang paling tersohor sampai ke luar kota khususnya di Jawa Barat. Dari mulai wayang golek untuk pertunjukan sampai pajangan dan untuk mainan anak yang dijual oleh para pedagang pada setiap pertunjukan wayang golek terutama dalang almarhum Asep Sunandar Sunarya, semuanya diproduksi di Pamulihan. Bahkan Wa Iim menjadi dalang wayang golek juara kedua di Jawa Barat.
“Seandainya kampung seni ini sudah dibangun di Pamulihan, kami akan menggelar pertunjukan wayang golek secara rutin dan terjadwal. Minimal sebulan dua kali. Hal itu untuk memperkuat keberadaan kampung seni,” ujarnya.
Tak hanya berbagai produk kerajinan saja, kata dia, masyarakat Desa Pamulihan juga hingga kini masih memegang dan melestarikan tradisi dan adat istiadat budaya sunda. Misalnya, setiap Bulan Muharam rutin diselenggarakan tradisi bubur syuro serta menggelar hajat lembur.
“Sampai-sampai ketika meronda, kentungannya ditabuh menyerupai kesenian reak. Masyarakat di Pamulihan pun masih mempercayai hitung-hitungan hari yang baik, saat akan melakukan aktivitas sehari-hari. Jadi, tradisi sunda di Pamulihan sangat kental dan sampai sekarang tetap lestari,” katanya.
Lebih jauh Tatang menjelaskan, apabila pengajuan kampung seni di Desa Pamulihan direalisasikan oleh Pemkab Sumedang, akan menjadi daya ungkit perekonomian masyarakat sekitar. Terlebih Desa Pamulihan dekat dengan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) termasuk posisi interchange-nya (pintu tol), sehingga wilayahnya sangat strategis. Para pengunjung dari luar kota seperti Bandung dan Jakarta bisa singgah dulu ke kampung seni untuk belanja berbagai produk kerajinan.
“Tak hanya itu saja, pengunjung pun bisa menikmati berbagai pertunjukan wayang golek dan menyaksikan langsung cara pembuatannya,” katanya.
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com