Bangkinang, Riau - Peradaban di Kampar tampaknya selalu hangat jadi perbincangan. Mulai dari seminar hingga penelitian akademisi. Terakhir dirilis oleh seorang akademisi wanita dari Malaysia, Prof. Dr. Asmah Haji Omar.
Asmah melakukan penelitian tahun 2015 lalu. Sebagai pakar linguistik, ia mencatatkan hasil penelitiannya itu dalam jurnal berjudul "Kampar In Geolinguistics and Geoculture of Malay". "Disimpulkan bahwa Kampar sebagai peradaban Melayu Tua," ungkap pengamat sejarah Kampar Abdul Latief Hasym, Minggu (22/5/2016).
Latief yang pada kesempatan itu didampingi aktivis pemuda Asynin Pardomuan, mengatakan, penelitian itu mengungkap Kerajaan Kampar sudah ada sejak abad ke-7. Bahkan tercatat dalam kerajaan Kesultanan Melaka pada abad ke-15.
Menurut Latief, Asmah berpendapat bahwa ketika di alam Melayu terjadi migrasi besar-besaran ke tempat tertentu, maka akan membentuk komunitas orang Melayu perantau. Sehingga, perantau itu memiliki bahasa, budaya dan agama yang sama.
"Faktor homogenus dialektal membuat perantau lebih mudah diterima di dalam komunitas yang didatangi," ujar Latief. Pengoleksi barang antik ini mengatakan, dialek asal komunitas perantau tidak hilang begitu saja. Bertahan secepat-cepatnya sampai generasi ketiga.
Latief mencontohkan, komunitas Melayu Kampar di Langgar, Kedah, Malaysia. Komunitas Melayu di daerah itu sudah dimulai sejak abad ke-20. Di Langgar, komunitas itu mendirikan Madrasah al-Falah dengan pondok-pondok di sekelilingnya.
Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com