Pekanbaru, Riau - Delegasi guru dari Pusat Bahasa Melayu Kementerian Pendidikan Singapura menjalin kerjasama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dalam kegiatan Penyerapan Guru Kanan 2016. Kegiatan tersebut untuk berkongsi pikirian terkait sejarah dan budaya Melayu di Riau.
Ketua Delegasi Guru Pakar Pusat Melayu Singapura, Rahmat bin Subadah mengatakan, kegiatan Penyerapan Guru Kanan ini sudah merupakan kali kedua bersama LAM Riau.
"Kami berharap kegiatan ini mampu menambah wawasan pengetahuan guru kanan (senior teacher) dalam hal kaidah sastra, sejarah dan budaya Melayu Indonesia, khususnya Riau. Kami ingin berkongsi pikir di sini," kata Rahmat di Balai Adat Melayu Riau, Rabu (25/5/2016).
Keenam Cik Gu dari Singapura ini antara lain Rahmat bin Subadah, Khaziah Yem, Marliana Mohammed Rhasid, Nazarudin Abdul Bakar dan Arfah Buang akan berinteraksi dan menimba ilmu melalui pakar budaya Melayu Riau antara lain Prof. Dr. Muchtar Achmad, Prof. Drs. Muchtar Samad, H. Taufik Ikrman Jamil, Elmustian Rahman dan pengurus LAM diantaranya OK. Nizami Jamil, Alazhar dan lain se bagainya.
"Tujuan lain tentunya kami ingin membina jaringan kerjasama dengan tokoh-tokoh Melayu Riau. Kami ingin saling berkomunikasi untuk memberi peluang kepada kami mendalami budaya Melayu di Indonesia," tambah Rahmat.
Ketua Harian LAM Riau dalam sambutan jemputan majelis pertemuan mengaku sangat tersanjung atas kepercayaan lembaga pendidikan pemerintah Singapura tersebut.
"Kami tentu sangat bangga dan mendukung, dengan harapan apa yang dilakukan Singapura dalam mengembangkan dan mempertahankan budaya Melayu sebagai budaya asal juga dapat ditiru dan dipelajari oleh pengambil kebijakan di daerah ini," ujar Al Azhar.
Datuk Al Azhar mengatakan, diibanding tahun lalu, ada beberapa perubahan bahan pada pertemuan kali ini meliputi kuliah dan falsafah budaya Melayu serta perpaduan Melayu dengan Islam yang akan diperbincangkan.
Selain teori, guru-guru Singapura juga dibawa ke beberapa tempat aktifitas budaya seperti Sanggar Tenun Siak Wan Fitri, Sanggar Batik Semat Tembaga, Bandar Seni Raja Alihaji dan ke Kabupaten Siak.
Sumber: http://www.goriau.com