Banjaran, Jabar - Menyambut bulan suci Ramadan ada kebiasaan warga disejumlah desa di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka yakni melakukan kirim-kirim makanan kepada sanak pamili yang diistilahkan warga setempat dengan “ngarewahkeun”.
Ngarewahkeun ini dilakukan warga minimal seminggu menjelang bulan puasa atau menurut para orang tua dulu pelaksanaan ngarewahkeun yang terbaik adalah dua hari menjelang bulan puasa sekaligus ngabersihkeun diri (mensucikan diri).
Menurut keterangan salah seorang tokoh masyarakat Desa Banjaran, Makbul, tradisi ngarewahkeun atau mengakhiri bulan rewah untuk menyambut bulan puasa ini, semua keluarga membuat aneka masakan berupa nasi kuning dan putih, daging, telur, oseng-oseng, kerupuk, serta makanan ringan seperti opak, rengginang, wajit, adas, lara budig atau sejenisnya.
Aneka masakan dan makanan yang sudah di olah tersebut kemudian di wadahi menggunakan piring, misalnya saja nasi putih dan nasi kuning diwadahi menjadi satu piring, telur satu, daging tiga kerat, ditambah oseng-oseng sepiring, serta rengginang dan opak serta wajit di bungkus menggunakan plastik atau bisa juga dengan piring. Makanan tersebut kemudian diantarkan kepada tetangga dan pamili yang menurut hubungan keluarga cukup dekat.
“Ngarewahkeun ini biasanya dilakukan setiap keluarga dan hal ini sudah dilakukan sejak turun temurun mulai jaman dahulu kala,” kata Makbul.
Nia warga Banjaran yang melaksanakan kegiatan ngarewahkeun pada Kamis, 2 Juni, menuturkan tahun ini dirinya memasak ayam, bihun, kentang goreng, serta godog telur dan kerupuk untuk dikirim kepada sejumlah orang tuanya. Untuk tambahan kuenya dia membuat adas dan wajit kelapa.
“Tidak banyak yang dikirim untuk ngarewahkeun sekarang, menyesuaikan dengan kondisi ekonomi saja yang terpenting ada tandanya. “ ungkap Nia, dikutip dari PR Online.
Selain itu menurutnya, mengirim makanan untuk ngarewahkeun ini tidak perlu banyak. Yang terpenting menunjukkan bahwa dirinya masih ingat keluarga serta kue untuk pamulang (membalas kiriman makanan) dari tetangga dan kerabat.
Menurut tokoh setempat, Anas, tradisi ngarewahkeun ini hanya ada di Kecamatan Banjaran, itupun hanya dilakukan beberapa desa saja seperti Desa Banjaran, Sindangpala, Kagok, dan Panyindangan. Berbeda dengan menjelang lebaran, hampir semua keluarga membiasakan kirim-kirim makanan kepada orang tuanya dan tetangga.
Itupun menurut KH.Anas beberapa tahun belakangan kegiatan ngarewahkeun hanya dilaksanakan oleh mereka yang masih ingin menjaga tradisi serta keluarga yang kondisi ekonominya cukup. Sedangkan keluarga kurang mampu mulai meninggalkannya karena mungkin tidak ada untuk membeli lauk pauk dan kuenya. Kalaupun ada lebih memilih untuk persediaan kebutuhan keluarga sendiri.
“Kalau zaman dulu semua rumah mulai seminggu menjelang puasa sudah saling kirim, makanya makanan di rumah selalu banyak. Sekarang di Sindangpala sudah mulai banyak yang meninggalkan kebiasaan ini. Sekali lagi ini bukan wajib tapi hanya sekedar tradisi,” ungkap Hamdi warga Sindangpala.
Sumber: http://news.okezone.com