Pertunjukan Zapin Sambut Tahun Baru Hijriyah

Pekanbaru, Riau - Sanggar Tengkah Zapin (TZ) kembali gelar pertunjukan zapin dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1437. Helat yang digelar di halaman belakang sekretariat Tengkah Zapin yang beralamat di Jalan Sumatera itu berlangsung pada Rabu (14/10) lalu.

Panggung sederhana telah disiapkan. Lighting sebagai penerang juga telah dinyalakan. Setelah para pengunjung datang, duduk beralaskan karpet, pargelaran pun dimulai. di bawah pohon Mahoni itulah, dua orang lelaki, membuka sesi pertemuan yang berlangsung sederhana, akrab dan bersahaja di malam itu.

Di backdroup tempat para pemusik menengkahkan bebunyian, terpampang sebuah tulisan Berzapin dalam Bingkau Melayu. Apa yang diharapkan dalam pagelaran yang berlangsung sekitar satu jam lebih itu menurut Pembina Tengkah Zapin, Yoserizal Zen adalah memaknai tahun baru Hijriah dengan salah satu upaya adalah menunjukkan kecintaan kepada tradisi.

Pergelaran zapin malam itu juga merupakan upaya ntuk terus menghadirkan kecintaan generasi muda hari ini terhadap seni tradisi. Di mana tradisi Melayu banyak sekali memuat filosofi Islam. ”Zapin tradisi adalah mengejewantahkan dari rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa," ucap Kepala Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi tersebut.

Disebutkan juga oleh penyair Riau itu, tradisi menjadi kekuatan dan mempertegas identitas hari ini. Dalam seni tradisi senantiasa disuguhkan pengajaran berharga untuk dijadikan semangat dalam pembangunan daerah ini. “Untuk itulah, kami akan tetap konsen menjaga, mengembangkan dan melestarikan seni tradisi. Dan harapan kami, semoga kita selaku pekerja seni tidak terjebak dengan globalisasi tetapi tetap mampu menjadi pekerja seni yang berakar kepada tradisi,” ujar Yoserizal.

Tepuk tangan dari para penonton malam itu bertengkah pula dengan tawa canda dan gelak riang, terlebih melihat dan mendengar sentilan humor yang disampaikan MC senior, Udin Semekot. Apalagi di sela-sela pentas dan diskusi malam itu dihadirkan pula humoris senior lainnya, Fakhri Semekot. Tak heran kemudian, terdengar tawa berderai-derai dalam pertemuan yang dikemas untuk merayakan tahun Islam tersebut.

Fakhri dalam kesempatan itu, mengaku bangga melihat anak-anak muda tetap berupaya dalam melestarikan seni tradisi. Katanya, zaman boleh “gila-gilaan” tetapi tradisi harus tetap terpelihara dan menjadi akar dari segala macam kreativitas. “inilah masanya adik-adik memperkenalkan seni tradisi kepada dunia dan itulah tugas kalian hari ini karena kami sudah dari dahulu melakukan pekerjaan itu, katakan kepada dunia luar, inilah kekayaan seni kami,” ungkapnya tegas.

Selain itu, tampilan yang tak kalah memukau penonton juga, adalah dengan menampikan grup TZ Voice. Kumpulan anak-anak yang menyanyikan beberapa lagu Islami. Belasan anak lelaki dan perempuan asuhan TZ itu tampil menunjukkan kebolehan tarik suara. Lagu demi lagu dilantunkan dengan menambah kemeriahan dan memberi warna tersendiri pula. Dikatakan pangasuh mereka, Benny Riaw, saat ini, TZ Voice sedang dalam proses pengerjaan album kompilasi yang insyaallah akan rampung di akhir tahun 2015.

Hadir dalam kesempatan itu, berbagai komunitas seperti Sanggar Selembayung, Teater Matan, Malam Puisi Pekanbaru, Pusat Latihan Tari Laksemana, Komunitas Teater Hujan dan pekerja seni lainnya yang ada di Pekanbaru. Hadir juga, Ketua Harian LAM Kota Pekanbaru, Dastrayani Bibra, SPN Iwan Irawan Permadi, Ketua Dewan Kesenian Kota Pekanbaru dan lain-lain.

Dalam sesi diskusi yang digelar, SPN Iwan Irawan Permadi menegaskan bahwa tari zapin merupakan puncak kebudayaan Melayu. Zapin katanya, termasuk jenis tari pergaulan. Paduan dari gerak tari yang lebih banyak mengambil langkah kaki dengan iringan musik dan vokal.

Hampir di seluruh pesisir nusantara memiliki zapin. Terutama daerah-daerah yang bersinggungan dengan ke-Melayu-an dan ke-Islam-an. Zapin diperkirakan masuk pada abad ke 15, tari pergaulan bernuansa Islam ini terus berkembang sejak datangnya dari Timur Tengah.

“Sampai saat ini kesenain zapin telah menjadi milik masyarakat dan juga menjadi inspirasi dalam perkembangan dan pertumbuhan tari di nusantara. Sekarang dapat kita temui zapin Arab sebagai zapin yang berawal dari Timur Tengah dan zapin Melayu sebagai zapin yang telah mengalami perubahan-perubahan secara lokal oleh komunitas-komunitas orang Melayu di nusantara,” jelasnya.

Lebih jauh dikatakan pimpinan Pusat Latihan Tari Laksemana itu, kesenian zapin tidak saja dipandang sebagai tari tetapi juga musik dan lebih luas lagi sebagai cerminan sosial budaya masyarakat yang estetik dan memiliki etika. Untuk itu, dia membutuhkan pemahaman lebih dalam daripada sekedar hiburan semata. Dan tentu saja zapin dapat dijadikan inspirasi baru bagi perkembangan dan pertumbuhan berbagai cabang ilmu kesenian secara global.

“Kesenian zapin sebagai salah satu khasanah kesenian tradisi di nusantara dengan sendirinya dapat tumbuh sebagai ajang silaturrahmi yang lebih halus menjembatani keragaman budaya, adat, etnik, tradisi, ras, dan agama. Zapin akan berperan pada kesatuan dan persatuan umat dunia dalam saling pengertian dan saling menghormati untuk menciptakan perdamaian dunia melalui kebudayaan, khususnya kebudayaan Melayu,” paparnya.

Sejauh yang terpantau olehnya, perkembangan kesenian zapin saat ini telah mengalami perjalanan yang sangat panjang. Perjalanan yang diwarnai aneka ragam pergeseran serta perubahan para senimannya terus berproses dan bergulat dengan penciptaan karyanya, yang umumnya menawarkan inovasi baru. Pengembangan seperti itu, dinilai penting oleh Iwan karena kesenian zapin yang berorientasi pada nilai–nilai tradisi merupakan indikasi bahwa seni tradisi tidak mengalami stagnasi.

-

Arsip Blog

Recent Posts