Jakarta - Mantan Hakim Agung Bismar Siregar mengaku prihatin terhadap alam Indonesia yang saat ini sudah semakin rusak oleh perilaku manusia sehingga mengingkari rasa syukur atas ciptaan Tuhan.
"Tuhan memberikan alam untuk manusia, agar manusia bisa mendapat manfaat dari alam. Tetapi, yang terjadi sekarang ini, manusia seakan-akan tidak mau mengerti tentang alam, alam dirusak," ujar Bismar, yang pernah dijuluki pendekar hukum di sela-sela pameran lukisannya yang bertema Harapan dan Daya Hidup Alam Raya di Galeri 678, Jakarta, Kamis.
Lewat 36 lukisan yang dipamerkan mulai tanggal 18 sampai 28 Februari, Bismar berharap manusia dapat lebih memerhatikan alam sebagai bentuk syukur kepada Tuhan.
Pelukis dan Kritikus Senirupa Indonesia, Sri Warso Wahono, yang hadir dalam pembukaan pameran lukisan Bismar Siregar sebagai kurator menyatakan, pemilihan tema alam pada lukisan-lukisan Bismar mengandung nilai yang abadi.
"Lukisan-lukisan ini akan kekal sepanjang masa, berbeda dengan lukisan yang bersifat kontemporer," ujarnya.
Sri Warso menilai, lukisan hasil karya Bismar berasal dari pengembaraannya dengan alam, sehingga menghasilkan lukisan yang indah.
"Berdasarkan gaya seni, Bismar menyiratkan energi kreatif, dengan memberikan penguasaan teknik material yang baik dan penguasaan objek yang sudah di luar kepala," jelas Sri Warso.
Mengenai teknik melukis, Bismar mengaku menggunakan gaya yang konvensional dan belajar secara otodidak sejak tahun 1990-an.
"Karya Bismar dituangkan dengan menggunakan metode sapuan kuas dan guratan pisau palet. Ia memiliki spontanitas dalam mengolah warna dan menciptakan kekuatan pictorial yang berkarakter," kata Sri Warso.
Bismar mengaku mengikuti pameran atas saran anaknya, karena di rumahnya sudah penuh dengan lukisan. Hampir semua dinding rumah penuh dengan lukisan.
Bahkan Bismar menawarkan pada pengunjung pameran untuk datang ke studionya dan ia tidak akan membiarkan orang yang datang pulang dengan tangan kosong, siapa pun akan diberikan lukisan secara cuma-cuma.
"Saya ingin lukisan-lukisan saya dapat membahagiakan orang lain," tutur Bismar.
Begitu halnya dengan hasil penjualan lukisan di Galeri 678 itu, sebagian akan disumbangkan untuk lembaga permasyarakatan (LP).
"Saya tidak memberikan harga pada lukisan saya, karena jika begitu, saya tidak akan mendapat karunia dari apa yang saya lakukan," ujar Bismar yang mengaku melukis dengan cara yang konvensional.
Pameran lukisan Bismar Siregar yang dibuka Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar itu menampilkan 36 lukisan yang sebagian besar menggambarkan tentang pemandangan alam seperti yang berjudul Ladang Pertanian, Nyata Cantik Dalam Pandang (bunga), Ingin Melukis Kembang (rangkaian bunga), dan Vila. (FAI/K004)
Sumber: http://www.antaranews.com
"Tuhan memberikan alam untuk manusia, agar manusia bisa mendapat manfaat dari alam. Tetapi, yang terjadi sekarang ini, manusia seakan-akan tidak mau mengerti tentang alam, alam dirusak," ujar Bismar, yang pernah dijuluki pendekar hukum di sela-sela pameran lukisannya yang bertema Harapan dan Daya Hidup Alam Raya di Galeri 678, Jakarta, Kamis.
Lewat 36 lukisan yang dipamerkan mulai tanggal 18 sampai 28 Februari, Bismar berharap manusia dapat lebih memerhatikan alam sebagai bentuk syukur kepada Tuhan.
Pelukis dan Kritikus Senirupa Indonesia, Sri Warso Wahono, yang hadir dalam pembukaan pameran lukisan Bismar Siregar sebagai kurator menyatakan, pemilihan tema alam pada lukisan-lukisan Bismar mengandung nilai yang abadi.
"Lukisan-lukisan ini akan kekal sepanjang masa, berbeda dengan lukisan yang bersifat kontemporer," ujarnya.
Sri Warso menilai, lukisan hasil karya Bismar berasal dari pengembaraannya dengan alam, sehingga menghasilkan lukisan yang indah.
"Berdasarkan gaya seni, Bismar menyiratkan energi kreatif, dengan memberikan penguasaan teknik material yang baik dan penguasaan objek yang sudah di luar kepala," jelas Sri Warso.
Mengenai teknik melukis, Bismar mengaku menggunakan gaya yang konvensional dan belajar secara otodidak sejak tahun 1990-an.
"Karya Bismar dituangkan dengan menggunakan metode sapuan kuas dan guratan pisau palet. Ia memiliki spontanitas dalam mengolah warna dan menciptakan kekuatan pictorial yang berkarakter," kata Sri Warso.
Bismar mengaku mengikuti pameran atas saran anaknya, karena di rumahnya sudah penuh dengan lukisan. Hampir semua dinding rumah penuh dengan lukisan.
Bahkan Bismar menawarkan pada pengunjung pameran untuk datang ke studionya dan ia tidak akan membiarkan orang yang datang pulang dengan tangan kosong, siapa pun akan diberikan lukisan secara cuma-cuma.
"Saya ingin lukisan-lukisan saya dapat membahagiakan orang lain," tutur Bismar.
Begitu halnya dengan hasil penjualan lukisan di Galeri 678 itu, sebagian akan disumbangkan untuk lembaga permasyarakatan (LP).
"Saya tidak memberikan harga pada lukisan saya, karena jika begitu, saya tidak akan mendapat karunia dari apa yang saya lakukan," ujar Bismar yang mengaku melukis dengan cara yang konvensional.
Pameran lukisan Bismar Siregar yang dibuka Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar itu menampilkan 36 lukisan yang sebagian besar menggambarkan tentang pemandangan alam seperti yang berjudul Ladang Pertanian, Nyata Cantik Dalam Pandang (bunga), Ingin Melukis Kembang (rangkaian bunga), dan Vila. (FAI/K004)
Sumber: http://www.antaranews.com