Jakarta - United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah meresmikan wayang, keris, dan batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Peresmian tersebut ditandai dengan serah-terima sertifikat UNESCO kepada pemerintah, Jumat (5/2/2010).
Kata tak benda atau intangibel terasa janggal jika diasosiasikan dengan wayang, keris, dan batik yang jelas-jelas terlihat wujudnya sebagai benda padat. Bahkan, batik identik dengan benda pakai seperti baju, atau kemeja.
Mengapa kata Tak Benda melekat pada ketiga warisan budaya itu? Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik mengatakan, yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia bukanlah wujud wayang, keris dan batik sebagai sebuah benda. Namun, dikatakan Jero, cerita-cerita, nilai-nilai filosofi dan sisi humanis yang terkandung dalam wayang, keris, dan batik itulah yang diakui sebagai sebuah warisan budaya yang patut dilestarikan.
"Lihat wayang ini, Hanoman, ada juga Arjuna, ada cerita yang luar biasa di pewayangan. Itu yang dimaksud intangible," ujarnya saat menghadiri acara serah-terima sertifikat UNESCO terhadap wayang, keris, dan batik sebagai warisan budaya di kantor Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Jumat.
Sama halnya dengan wayang, keris dan batik juga memiliki cerita dibalik pembuatannya. Pembuatan keris dan batik membutuhkan ketekunan tinggi dengan nilai seni budaya tinggi yang dilandasi nilai-nilai spritual masyarakat yang tinggi pula. Untuk membuat keris misalnya, seorang Empu keris biasa melakukan ritual-ritual doa sebelum pembuatan. Ditambah lagi, dalam masyarakat Jawa, keris dipercaya memiliki kekuatan magis berisi roh-roh nenek moyang.
Beruntunglah Indonesia, memiliki tiga warisan budaya tak benda yang diakui dunia itu. Selanjutnya, masyarakat diimbau untuk bersama-sama menjaga pengakuan dunia terhadap budaya kita. Karena, jika tidak, seperti yang dikatakan Menteri Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, dalam acara yang sama, ketiga warisan budaya itu bisa dicabut sertifikasinya. Jadi, masih ingin wayang, keris, dan batik diakui sebagai warisan budaya kita? jaga, dan cintailah mereka dari sekarang. (C12-09)
Sumber: http://oase.kompas.com
Kata tak benda atau intangibel terasa janggal jika diasosiasikan dengan wayang, keris, dan batik yang jelas-jelas terlihat wujudnya sebagai benda padat. Bahkan, batik identik dengan benda pakai seperti baju, atau kemeja.
Mengapa kata Tak Benda melekat pada ketiga warisan budaya itu? Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik mengatakan, yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia bukanlah wujud wayang, keris dan batik sebagai sebuah benda. Namun, dikatakan Jero, cerita-cerita, nilai-nilai filosofi dan sisi humanis yang terkandung dalam wayang, keris, dan batik itulah yang diakui sebagai sebuah warisan budaya yang patut dilestarikan.
"Lihat wayang ini, Hanoman, ada juga Arjuna, ada cerita yang luar biasa di pewayangan. Itu yang dimaksud intangible," ujarnya saat menghadiri acara serah-terima sertifikat UNESCO terhadap wayang, keris, dan batik sebagai warisan budaya di kantor Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Jumat.
Sama halnya dengan wayang, keris dan batik juga memiliki cerita dibalik pembuatannya. Pembuatan keris dan batik membutuhkan ketekunan tinggi dengan nilai seni budaya tinggi yang dilandasi nilai-nilai spritual masyarakat yang tinggi pula. Untuk membuat keris misalnya, seorang Empu keris biasa melakukan ritual-ritual doa sebelum pembuatan. Ditambah lagi, dalam masyarakat Jawa, keris dipercaya memiliki kekuatan magis berisi roh-roh nenek moyang.
Beruntunglah Indonesia, memiliki tiga warisan budaya tak benda yang diakui dunia itu. Selanjutnya, masyarakat diimbau untuk bersama-sama menjaga pengakuan dunia terhadap budaya kita. Karena, jika tidak, seperti yang dikatakan Menteri Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, dalam acara yang sama, ketiga warisan budaya itu bisa dicabut sertifikasinya. Jadi, masih ingin wayang, keris, dan batik diakui sebagai warisan budaya kita? jaga, dan cintailah mereka dari sekarang. (C12-09)
Sumber: http://oase.kompas.com